Search

Logo Light

Keluar dari Periskop?

Sign Out Cancel

Jika Selat Hormuz Ditutup, Ini 3 Dampak Langsung ke Ekonomi Global

JAKARTA - Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kembali meningkat dan menyorot jalur pelayaran paling strategis di dunia: Selat Hormuz. Parlemen Iran bahkan menyatakan dukungan terhadap kemungkinan penutupan selat tersebut sebagai respons terhadap agresi Israel.

Jika skenario ini terjadi, bukan hanya kawasan Timur Tengah yang terdampak. Seluruh dunia akan merasakan konsekuensi ekonomi secara langsung, terutama karena Selat Hormuz merupakan jalur vital bagi distribusi minyak global.

Menurut Kirill Dmitriev, Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), “Tidak ada negara yang kebal terhadap gejolak harga minyak global jika Selat Hormuz ditutup – termasuk Amerika Serikat.”

Berikut adalah tiga dampak utama yang akan langsung terasa jika Selat Hormuz benar-benar ditutup:

1. Lonjakan Harga Minyak Global
Selat Hormuz menjadi jalur ekspor bagi lebih dari 20% suplai minyak mentah dunia, termasuk dari negara-negara seperti Arab Saudi, Iran, Irak, dan Uni Emirat Arab. Jika jalur ini terganggu, pasokan minyak global akan tersendat, sementara permintaan tetap tinggi.

Akibatnya, harga minyak mentah dunia—seperti Brent dan WTI—akan melonjak drastis. Bahkan tanpa penutupan pun, hanya dengan meningkatnya tensi politik di kawasan tersebut, harga minyak Brent telah naik 2,45% menjadi USD 77,33 per barel. Bila blokade terjadi, lonjakan bisa lebih ekstrem.

2. Biaya Energi dan Transportasi Akan Naik
Kenaikan harga minyak mentah otomatis akan berdampak pada harga bahan bakar di berbagai negara, termasuk bensin, solar, dan avtur. Hal ini akan meningkatkan biaya logistik dan operasional di berbagai sektor industri, termasuk transportasi, penerbangan, dan manufaktur.

Efek domino dari biaya energi yang lebih tinggi juga bisa meningkatkan inflasi global, memaksa banyak negara untuk mengambil kebijakan moneter ketat seperti menaikkan suku bunga, yang pada akhirnya bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

3. Ketidakstabilan Pasar Keuangan Internasional
Pasar keuangan sangat sensitif terhadap gejolak geopolitik, apalagi yang berdampak langsung pada komoditas vital seperti minyak. Penutupan Selat Hormuz akan memicu volatilitas tinggi di pasar saham, obligasi, dan mata uang.

Investor global cenderung akan menarik dana dari aset berisiko dan memilih aset safe haven seperti emas dan dolar AS. Ini bisa menekan nilai tukar negara-negara berkembang serta memperburuk ketimpangan ekonomi internasional.

Selat Hormuz bukan sekadar selat sempit di Timur Tengah—ia adalah urat nadi energi dunia. Penutupan selat ini akan menciptakan efek global yang signifikan, dari lonjakan harga minyak hingga gejolak pasar keuangan. Situasi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya keseimbangan geopolitik dalam sistem ekonomi global saat ini.

Baca Juga
Ikuti Periskop Di
Reporter : Joko Priyono
Penulis : Tiamo Braudmen
Editor : Eka Budiman
rendi_widodo
rendi_widodo
Penulis
No biography available.
Topik Terkait