JAKARTA - Di balik luasnya bentang alam Australia yang hampir setara dengan Amerika Serikat, ternyata sebagian besar wilayahnya nyaris tak berpenghuni. Lebih dari 85% penduduk Australia tinggal di kota-kota pesisir seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Perth, dan Adelaide.
Lebih dari sekadar fenomena, pemilihan pesisir ini merupakan hasil kombinasi faktor lingkungan, sejarah, dan ekonomi yang saling terkait sejak dulu.
Mengutip berbagai sumber, kondisi geografis dan iklim di bagian tengah benua menjadi salah satu penyebab terjadinya pola pendudukan di pinggiran benua. Bagian tengah Australia cenderung didominasi oleh gurun seperti Great Victoria dan Simpson Desert, yang menjadikan sebagian besar daratan Australia kering dan datar.
Curah hujan yang sangat rendah dan suhu ekstrem membuat kawasan ini sulit dihuni secara berkelanjutan. Kombinasi faktor atmosfer, geografi, dan arus laut menciptakan kondisi ekstrem yang membuat sebagian besar wilayah benua ini tidak ramah bagi kehidupan manusia
Terlepas dari penyebab utama yang datang dari alam, Australia juga menjadi salah satu negara dengan tingkat urbanisasi tertinggi di dunia. Sekitar 97% penduduknya tinggal di daerah perkotaan yang hanya mencakup 0,22% dari total luas daratan.
Lebih jauh bahkan faktor historis juga memainkan peran penting dalam pola pendudukan di Australia ini. Sejak masa kolonial Inggris, permukiman awal dibangun di sepanjang pantai timur dan tenggara karena pelabuhan alami yang mendukung aktivitas maritim.
Kota-kota pelabuhan ini berkembang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan, menarik lebih banyak penduduk seiring waktu.
Sebagai gantinya, wilayah kosong di tengah benua ini akhirnya menjadi rumah bagi berbagai spesies unik, namun juga berbahaya. Ular berbisa, laba-laba mematikan, dan gurita beracun menjadi bagian dari ekosistem yang menantang bagi manusia.
Dari sisi meteorologi, Australia bagian barat dan tengah sering terpapar arus laut dingin dari Antartika. Hal ini menghambat pembentukan awan hujan, menciptakan fenomena bayangan hujan (rain shadow) yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan di pedalaman.
Pegunungan Great Dividing Range di timur juga menghalangi pergerakan awan dari Samudra Pasifik ke daratan tengah.
Pemerintah Australia sendiri telah mengakui keterbatasan ini. Pada 1920-an, Profesor Griffith Taylor dari Universitas Sydney membuat peta yang menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang layak huni hanya berada dalam radius 50 km dari garis pantai. Bahkan, seperempat wilayah Australia dianggap "tidak memiliki fungsi" untuk kehidupan manusia.
Meskipun demikian, teknologi modern seperti sistem irigasi dan energi terbarukan mulai membuka peluang baru di beberapa bagian pedalaman. Namun, tantangan logistik dan biaya tinggi masih menjadi penghalang utama. Oleh karena itu, urbanisasi tetap terkonsentrasi di pinggiran benua, di mana infrastruktur dan layanan publik sudah mapan.
Bagaimanapun Australia tetap menjadi contoh bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan ekstrem. Konsentrasi penduduk di pinggiran bukanlah kelemahan, melainkan strategi bertahan hidup yang cerdas dalam menghadapi tantangan geografis yang unik. Dan justru dari pinggiran itulah, Australia membangun identitasnya sebagai negara maju di sebuah benua yang tak suportif.
Sedang Hangat
Memahami Kenapa Populasi Australia Terkonsentrasi di Pesisirnya

Baca Juga
Reporter
:
Joko Priyono
Penulis
:
Tiamo Braudmen
Editor
:
Eka Budiman

rendi_widodo
Penulis
No biography available.
Topik Terkait