JAKARTA - Gen Z yang kini menjadi generasi sebagai segmen terbesar di Indonesia, mencakup sekitar 27,94% atau 74,93 juta jiwa dari total populasi. Isu kepemilikan rumah di kelompok ini pun tetap mengemuka, karena sekalipun kelompok ini sering dianggap lebih fleksibel soal properti, mimpi untuk memiliki 'tempat pulang' akan selalu melekat di diri orang Indonesia.
Tak seperti generasi-generasi sebelumnya, bagi Gen Z, manifestasi tentang properti bahkan meluas lebih dari sekedar tempat tinggal yang nyaman, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang.Sekalipun menjadi segmen terbesar, mereka menghadapi tantangan yang signifikan dalam mencapai kepemilikan rumah. Apabila segmen ini kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti perumahan, hal ini tidak hanya berdampak pada stabilitas individu, tetapi juga pada stabilitas sosial-ekonomi makro, termasuk produktivitas tenaga kerja, mobilitas sosial, dan perencanaan kota secara keseluruhan.
Lebih jauh, pemahaman Gen Z terhadap konsep "kepemilikan rumah" itu sendiri pun tak segampang "DP siap, ajukan KPR", tetapi mereka ingin pilihan yang lebih fleksibel, seperti sewa dengan opsi beli (rent-to-own) atau bahkan sekadar menyewa.
Fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang tidak pasti mungkin menjadi prioritas yang lebih tinggi daripada kepemilikan aset secara langsung. Pergeseran ini memiliki implikasi besar bagi pengembang properti dan lembaga keuangan untuk berinovasi dalam produk dan skema pembiayaan yang lebih sesuai dengan redefinisi kepemilikan ini.