JAKARTA - Jakarta Timur masuk ke dalam zona merah kebakaran untuk periode 2023-2024, Wali Kota Jakarta Timur Munjirin pun meluncurkan gerakan satu rumah satu alat pemadam api ringan (APAR).
"Gerakan satu rumah satu APAR akan terus kita gencarkan untuk mengantisipasi kebakaran," kata Munjirin disela acara East Jakarta Agriculture Festival (EastJakFest) di Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) Jakarta Timur, dikutip dari Antara, Selasa (10/6).
Ia menyebut gerakan yang dinamakan Gempar (Gerakan Masyarakat Punya APAR) merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap 100 hari program kerja Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Menurut mantan Wali Kota Jakarta Selatan ini, APAR dapat membantu memadamkan api pada tahap awal, mencegah penyebaran api ke area yang lebih luas, dan mengurangi potensi kerusakan yang lebih besar.
"Nanti Jumat kita ketemu di Kantor Wali Kota Jakarta Timur, ada acara dengan Gubernur Jakarta Pak Pramono Anung. Mudah-mudahan terealisasi, dalam rangka mengantisipasi semua potensi (kebakaran)," ujar Munjirin.
Menurut Munjirin, APAR merupakan senjata pertama untuk mencegah kebakaran besar. Gerakan ini mengajak untuk bersama-sama aktif menjaga lingkungan dari bahaya kebakaran.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, tercatat sebanyak 1.653 kasus kebakaran terjadi di Jakarta selama periode 2023-2024.
Data tersebut menunjukkan Jakarta Timur menjadi wilayah dengan jumlah kebakaran terbanyak yakni 440 kejadian dengan rincian 223 kasus pada 2023 dan 217 kasus pada 2024. Lalu, Jakarta Barat menyusul di posisi kedua dengan total 407 kasus kebakaran selama periode yang sama.
Kebakaran yang terjadi umumnya disebabkan oleh korsleting, tabung gas bocor, pembakaran sampah, dan penggunaan lilin.
Berikut sebaran kasus kebakaran di DKI Jakarta selama periode 2023–2024:
Tahun 2023:
- Jakarta Timur: 223 kasus
- Jakarta Barat: 205 kasus
- Jakarta Selatan: 164 kasus
- Jakarta Utara: 157 kasus
- Jakarta Pusat: 110 kasus
- Kepulauan Seribu: 5 kasus
Tahun 2024:
- Jakarta Timur: 217 kasus
- Jakarta Barat: 202 kasus
- Jakarta Selatan: 143 kasus
- Jakarta Utara: 130 kasus
- Jakarta Pusat: 96 kasus
- Kepulauan Seribu: 1 kasus