Search

Logo Light

Keluar dari Periskop?

Sign Out Cancel

DKI Antisipasi Dampak Musim Kemarau 2025 Yang Mundur

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mempersiapkan penanganan atas prediksi musim kemarau tahun 2025 yang berlangsung mundur dan berdurasi lebih pendek.

"Kalau memang cuacanya ini mundur untuk kemaraunya dan akan menjadi lebih pendek, ya pemerintah Jakarta harus siap untuk itu," kata Pramono di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (30/6).

Pramono mengaku telah berkomunikasi dengan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk membahas lebih detail pemantauan cuaca di Jakarta ke depannya.

Hal ini, lanjut Pramono, menjadi landasan bagi pemerintah mengantisipasi dengan sejumlah cara. Salah satunya dengan menyiagakan pompa untuk menekan dampak banjir dari curah hujan yang tinggi sebelum musim kemarau terjadi.

"Hanya memang curah hujan yang sering berubah kayak kemarin. Walaupun bukan di Jakarta, tetapi dampaknya akhirnya ke sini," kata Pramono.

Selain itu, Pemprov DKI juga secara berkala memantau pasokan pangan untuk mencegah kelangkaan komoditasnya. "Kalau itu dengan sendirinya, karena Jakarta kan untuk sistem inventory atau stok makanan sudah berjalan dengan baik," kata Pramono.

Sebelumnya, BMKG mengungkap sebagian besar wilayah di Indonesia saat ini masih berada pada kategori musim hujan. Padahal, jika merujuk kalender klimatologi, seharusnya sudah memasuki musim kemarau.

Curah Hujan Tinggi
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kemunduran awal musim kemarau tahun ini, terjadi terutama disebabkan oleh kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya (Di Atas Normal) selama periode April hingga Mei 2025. Periode ini seharusnya merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

Menurut Dwikorita, kondisi ini telah diprediksi sebelumnya oleh BMKG melalui prakiraan iklim bulanan yang dirilis pada Maret 2025 lalu. Dalam prediksi tersebut, BMKG mengantisipasi adanya peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Peningkatan curah hujan ini tak ayal menyebabkan wilayah-wilayah tersebut belum dapat bertransisi sepenuhnya ke musim kemarau, sebagaimana biasanya.

"Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang diatas normal di wilayah-wilayah tersebut, dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi mundurnya musim kemarau tahun ini," terang Dwikorita dalam keterangannya, Sabtu (21/6).

Berdasarkan Buku Prediksi Musim Kemarau Indonesia 2025 versi Maret, awal musim kemarau di wilayah Jakarta terjadi secara bertahap sejak dasarian 3 April. Dalam pembagian Zona Musim (ZOM), wilayah Jakarta masuk dalam ZOM BantenDKI 14 (wilayah utara), BantenDKI 15 (wilayah tengah), dan BantenDKI 16 (wilayah selatan).

Wilayah yang pertama masuk musim kemarau adalah ZOM Banten DKI 14 pada dasarian 3 Apil. Wilayah ini mencakup Kepulauan Seribu; Cengkareng, Jakarta Barat; Cakung dan Duren Sawit, Jakarta Timur; hingga Cilincing, Kelapa Gading, Tanjung Priok dan sekitarnya di Jakarta Utara.

Kemudian, wilayah berikutnya adalah ZOM Banten DKI 15 yang mengawali musim kemarau pada dasarian 2 Juni. Wilayah ini mencakup Kebon Jeruk, Kembangan, Palmerah di Jakarta Barat; Cempaka Putih, Menteng, Senen, Tanah Abang di Jakarta Pusat; Jatinegara, Pulogadung, Matraman di Jakarta Timur; serta Kebayoran Lama, Setiabudi, hingga Tebet di Jakarta Selatan.

Sementara itu, wilayah selatan Jakarta yang masuk ZOM Banten DKI 16 baru memasuki musim kemarau pada akhir pekan lalu, atau dasarian 3 Juni. Wilayah ini mencakup Cilandak, Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, hingga Jagakarsa di Jakarta Selatan; serta Cipayung, Ciracas, sampai Pasar Rebo di Jakarta Timur.

Tiga Dasarian
Pada Mei, BMKG melakukan pembaruan pada prediksi awal musim kemarau 2025. Mereka menyebut ada kemunduran awal musim kemarau pada beberapa wilayah. Namun, wilayah Jakarta tidak mengalami perubahan dan masih sesuai dengan prediksi yang dirilis pada Maret.

Meski demikian, prediksi Maret ini menyoroti adanya kemunduran awal musim hujan di wilayah Jakarta. Wilayah utara Jakarta mengalami awal musim kemarau mundur 1 dasarian, sedangkan wilayah tengah dan selatan mundur 3 dasarian.

BMKG Kelas I Serang, Provinsi Banten sendiri memprakirakan, awal musim kemarau di Banten mengalami kemunduran. Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG, Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang Tatang Rusmana mengatakan, musim kemarau tahun 2025 mengalami kemunduran, yang seharusnya pada bulan Juni sudah kemarau, namun mundur satu hingga tiga dasarian atau sekitar 10 sampai 30 hari.

“Secara klimatologis, Juni hingga Agustus itu musim kemarau. Tapi tahun ini ada kemunduran antara satu sampai tiga dasarian,” katanya.

Tatang menjelaskan kemunduran ini disebabkan oleh dinamika atmosfer, seperti perlambatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, yang memengaruhi peralihan musim.

"Di Provinsi Banten sendiri awal musim kemarau berbeda-beda antar wilayah karena adanya 13 zona musim," ucapnya.

 

Ikuti Periskop Di
Reporter : Joko Priyono
Penulis : Tiamo Braudmen
Editor : Eka Budiman
faisal_rachman
faisal_rachman
Penulis
No biography available.