JAKARTA — Sun Life Asia meluncurkan Financial Resilience Index terbaru, yang memotret cara masyarakat di enam negara Asia, termasuk Indonesia, dalam mengelola keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Survei ini menunjukkan bahwa meski persepsi tentang keamanan finansial cenderung membaik, kenyataan di lapangan justru menunjukkan hal sebaliknya, terutama bagi generasi muda.
Penelitian yang melibatkan lebih dari 6.000 responden dari Hong Kong, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam ini mengungkap bahwa Generasi Z (Gen Z) menjadi kelompok usia dengan kondisi finansial paling rapuh dibandingkan generasi lainnya.
Hanya 57% Gen Z yang merasa telah mencapai keamanan finansial. Ini adalah angka yang paling rendah dibanding Milenial (66%), Gen X (62%), dan Baby Boomer (69%). Tak hanya itu, sebanyak 75% Gen Z dikategorikan memiliki ketahanan keuangan rendah, lebih tinggi dibanding Milenial yang berada di angka 64%.
Ironisnya, di tengah kondisi keuangan yang belum stabil, Gen Z cenderung mengambil keputusan secara mandiri tanpa panduan profesional. Survei mencatat bahwa 28% Gen Z tidak meminta saran keuangan sama sekali, menjadikannya generasi paling mandiri namun berisiko. Sementara itu, hanya 29% dari mereka yang berkonsultasi dengan ahli keuangan, menunjukkan masih minimnya akses atau kepercayaan terhadap penasihat profesional.
Dalam hal mencari informasi keuangan, teknologi menjadi pilihan utama Gen Z. Sebanyak 19% dari mereka menggunakan perangkat artificial intelligence (AI) untuk mencari saran finansial, lebih tinggi dibanding Milenial (18%), Gen X (10%), dan Baby Boomer (11%).
Menurut David Broom, Chief Client and Distribution Officer di Sun Life Asia, tantangan finansial yang dihadapi Gen Z sangat dipengaruhi oleh dinamika sosial ekonomi saat ini.
"Gen Z punya waktu. Tapi bukannya percaya diri, mereka justru merasa ragu dan khawatir saat beranjak dewasa di dunia yang dibentuk oleh ketidakstabilan ekonomi dan biaya hidup lebih tinggi. Memperkuat literasi keuangan mereka dan menghubungkan mereka dengan berbagai sumber nasihat terpercaya akan memberi mereka sarana untuk membangun masa depan yang lebih stabil," ujar Broom dalam keterangannya yang dikutip dari Antara, Minggu (29/6).
Financial Resilience Index ini juga menyoroti sejumlah aspek lain seperti tren perencanaan keuangan, literasi, kesiapan menghadapi risiko, hingga peran penting nasihat profesional dalam membangun ketahanan jangka panjang masyarakat di Asia.