Search

Logo Light

Keluar dari Periskop?

Sign Out Cancel

Austria Maksimalkan Fungsi Baterai Bekas Jadi Energi Berbasis Metana

JAKARTA - Di saat dunia terus berlomba untuk menjadi pemimpin energi hijau, Austria, diam-diam, telah memosisikan diri sebagai pelopor di sektor ini.

Ya, Austria telah menemukan cara untuk "menanam" baterai bekas seolah-olah itu adalah benih tumbuhan. Penemuan dari Technical University of Vienna ini benar bisa dilakukan dengan menggunakan metana terbarukan. Baterai yang tadinya limbah berbahaya kini bisa menjadi sumber energi bersih.

Dikutip dari Unionrayo, Sistem ini telah menemukan bahwa bahan utama dari baterai yang sudah habis dapat digunakan kembali, seperti nikel, alumina dari aluminium foil, dan mereka diubah menjadi "katalis nano."

Katalis ini pada dasarnya berfungsi untuk mengubah karbon dioksida menjadi metana menggunakan hidrogen, menghasilkan energi bersih yang dapat digunakan di sektor apa pun. Dengan cara ini, limbah yang berbahaya dan bermasalah menjadi bagian penting dalam menghasilkan bahan bakar bersih.

Pada dasarnya, teknik ini menggunakan kembali material limbah yang sudah tidak terpakai oleh baterai listrik biasa. Di mana baterai listrik tengah bersiap menjadi limbah buruk pada lingkungan. Jadi alih-alih membuangnya, semua material limbah ini mereka daur ulang dan menjadi bahan utama energi.

Konversi karbon dioksida menjadi metana dilakukan melalui proses yang disebut metanasi karbon atau reaksi Sabatier. Proses ini melibatkan reaksi antara karbon dioksida dan hidrogen dengan bantuan katalis, biasanya berbasis nikel atau rutenium, untuk menghasilkan metana dan air.

Teknologi ini dapat berpotensi menutupi kebutuhan energi industri dan mobil. Ini adalah revolusi nyata dalam hal daur ulang elektronik dan pengurangan emisi di industri.

Untuk saat ini, ketika Anda ingin membuang baterai bekas (terutama yang terbuat dari nikel, lithium atau timbal), solusinya terutama tergantung pada negara tempat Anda berada, tetapi rata-rata hanya ada tiga opsi;

Pertama adalah daur ulang parsial. Dalam beberapa kasus, bahan yang paling berharga seperti nikel atau kobalt diekstraksi, dan sisanya dibuang, tetapi itu tidak selalu menjadi proses yang efisien, dan bagian terburuk dari proses ini adalah mahal dan rumit.

Kedua adalah pilihan lokalisasi penguburan baterai, di mana baterai yang sudah tak terpakai menunggu dengan sabar dikubur untuk generasi mendatang. Pada dasarnya opsi pembuangan ini adalah karena tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan dengan mereka, dan melokalisasinya hanya untuk menunggu solusi ditemukan.

Opsi terakhir dan tang terburuk adalah baterai yang berakhir di tempat pembuangan sampah atau diekspor ke negara berkembang, seolah-olah negara-negara itu adalah TPA negara-negara kaya. Dan tentu saja, di negara-negara tersebut baterai bekas ditangani seadanya yang bisa melepaskan senyawa beracun yang mencemari tanah dan air.

Itu sebabnya opsi yang diusulkan Austria ini sangat menarik, tidak hanya menyelesaikan masalah limbah, tetapi juga mengubahnya menjadi solusi.

Dengan mengubah karbon dioksida menjadi metana yang dapat digunakan, Anda "mengendalikan" salah satu gas yang paling bermasalah dalam hal pemanasan global, memberinya tujuan. Sistem ini, selain itu, tidak hanya mendaur ulang, tetapi mengintegrasikannya kembali ke dalam siklus energi, juga menjadi alternatif yang sangat baik untuk gas, asap, dan minyak.

Silicon Valley membual tentang apa yang akan diciptakannya, dan China mendominasi produksi skala besar, tetapi Austria menutup lingkaran dengan melihat apa yang sudah kita miliki dan bagaimana menggunakannya dengan lebih baik.

Baca Juga
Ikuti Periskop Di
Reporter : Joko Priyono
Penulis : Tiamo Braudmen
Editor : Eka Budiman
rendi_widodo
rendi_widodo
Penulis
No biography available.
Topik Terkait
Komentar (2)
1000 karakter tersisa
Avatar
Haji Yunus
3 Jam Yang Lalu
Siaaaaaaaaap

Avatar
Margono
7 Jam Yang Lalu
Anggota boleh bawa senjata, asalkan