Search

Logo Light

Keluar dari Periskop?

Sign Out Cancel

Menkes: Potensi PDB Pariwisata Kesehatan Capai US$84 Miliar

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyatakan terdapat potensi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$84 miliar (sekitar Rp 1.362 triliun) dari pariwisata kesehatan di Indonesia. Hal ini menjadi peluang bagi investor yang mau berinvestasi.

Budi menyebutkan, dalam International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Kamis (12/6), publik menggunakan uangnya untuk tetap sehat.

Ia memaparkan, usia rata-rata manusia Indonesia adalah sekitar 70 tahun. Rata-rata mereka menggunakan sampai US$140 (Rp2,3 juta) per tahun untuk kesehatan. Sehingga, butuh pengeluaran total sebesar US$40 miliar (Rp 648 miliar) saban tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat tiap tahunnya, karena populasi yang semakin menua.

Dia menjelaskan, dengan asumsi Indonesia seperti Malaysia, yang tiap penduduknya mengeluarkan rata-rata US$400 (Rp 6,5 juta) untuk kesehatan per tahunnya. Kemudian usia harapan hidupnya rata-rata 76 tahun, dikalikan 280 juta penduduk, potensinya ada sekitar US$84 miliar.

"1 persen GDP itu berarti US$15 miliar. Jadi, US$84 miliar itu hampir 6% dari peningkatan PDB dalam sektor layanan kesehatan saja," jelasnya.

Oleh karena itu, dia menyoroti perlunya menciptakan pariwisata kesehatan domestik untuk memanfaatkan potensi tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat banyaknya uang warga Indonesia yang dipakai untuk layanan kesehatan di luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat, yakni sekitar US$10 miliar (sekitar Rp162,3 triliun).

"Antara 1 atau 2 juta warga Indonesia setiap tahun yang pergi ke luar negeri. US$10 juta milia itu hampir 1 persen dari total GDP," katanya.

Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pada 2024, PDB Indonesia mencapai Rp22.139 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp20.892 triliun.

Dengan membangun pariwisata kesehatan, kata Budi, kalangan kaya serta menengah ke atas di Indonesia akan lebih tertarik untuk mengeluarkan biaya layanan kesehatan di berbagai tempat menarik di negara sendiri,. Misalnya di Labuan Bajo, Bali, atau Batam.

"Jadi, mereka bisa menggunakan uangnya bukan saja untuk melihat atau menikmati pantai atau lukisan, atau budaya untuk berlibur, tapi juga untuk mendapatkan layanan kesehatan," serunya.

Selain itu, apabila warga negara Indonesia sendiri lebih tertarik melakukan belanja kesehatannya di Tanah Air, warga negara asing akan ikut berdatangan.

"Mari kita maju bersama-sama karena menyatukan layanan kesehatan dan pariwisata, kita bisa membangun negara Indonesia yang lebih kuat dan lebih sehat dan juga negara yang lebih maju," tandasnya.

Wisata Tematik
Sebelumnya, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa mengemukakan, perlunya pengintegrasian sarana pelayanan pariwisata dan kesehatan guna mendukung pengembangan layanan wisata tematik.

"Diperlukan integrasi fasilitas kesehatan dan fasilitas pariwisata sebagai salah satu quick win yang diharapkan," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers kementerian di Jakarta, Kamis.

Ia menyarankan setiap daerah membentuk entitas bisnis atau badan yang mengkoordinasi penyelenggaraan pelayanan pariwisata dan kesehatan serta mengusulkan kebijakan-kebijakan pendukungnya kepada pemerintah pusat.

Upaya pengembangan layanan wisata kesehatan diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik sekaligus memacu pertumbuhan ekonomi.

Industri farmasi, herbal, dan alat kesehatan dalam negeri diharapkan semakin berkembang dan mampu menghadirkan lebih banyak lapangan kerja seiring dengan perkembangan industri wisata kesehatan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan, proyek infrastruktur yang ditawarkan dalam forum Conference on Infrastructure (ICI) 2025 salah satunya proyek infrastruktur pendukung pariwisata. Proyek infrastruktur pendukung pariwisata yang dimaksud mencakup proyek penyediaan sarana transportasi perkotaan dan modernisasi terminal bus.

 

Ikuti Periskop Di
Reporter : Joko Priyono
Penulis : Tiamo Braudmen
Editor : Eka Budiman
faisal_rachman
faisal_rachman
Penulis
No biography available.
Topik Terkait