JAKARTA — Generasi sandwich, atau kelompok usia produktif yang secara finansial menanggung kebutuhan anak sekaligus orang tua, kini menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat. Tak hanya terbebani pengeluaran dua arah, kelompok ini juga harus bergulat dengan pendapatan yang stagnan di tengah kenaikan biaya hidup.
Survei terbaru YouGov Indonesia mencatat bahwa 46% responden dari kalangan generasi sandwich mengaku penghasilannya tidak mengalami peningkatan. Temuan ini mengindikasikan adanya ketimpangan antara pendapatan dan kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Dalam media briefing secara virtual dari Jakarta, General Manager YouGov Indonesia Edward Hutasoit mengungkapkan bahwa inflasi dan penurunan penghasilan usaha menjadi dua faktor utama yang paling memengaruhi kondisi keuangan kelompok ini.
“Responden sandwich lebih banyak menyebut inflasi sebesar 47 persen dan turunnya penghasilan usaha sebesar 31 persen sebagai penyebab utama menurunnya pendapatan,” ujar Edward, dikutip dari Antara, Kamis (19/6).
Edward menjelaskan bahwa definisi generasi sandwich dalam survei ini mencakup mereka yang menanggung beban ekonomi baik untuk anak-anak maupun orang tua atau saudara yang belum mandiri secara finansial.
Survei dilakukan secara daring pada 17–21 April 2025 terhadap 2.067 responden dewasa berusia di atas 18 tahun dari berbagai wilayah di Indonesia. Data disesuaikan dengan demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, dan lokasi domisili agar mencerminkan populasi nasional berdasarkan proyeksi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS).
Lebih jauh, data BPS tahun 2020 mencatat bahwa terdapat sekitar 71 juta penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori generasi sandwich. Jumlah ini setara dengan lebih dari 25% populasi nasional, yang berarti satu dari empat warga Indonesia hidup dalam tekanan ekonomi dua arah.
Kondisi ini mencerminkan urgensi penyediaan perlindungan dan kebijakan yang lebih kuat bagi kelompok usia produktif yang memiliki tanggung jawab finansial ganda. Dukungan terhadap perencanaan keuangan, stabilitas pekerjaan, serta program jaminan sosial lintas generasi dinilai menjadi kunci agar generasi sandwich tidak terus "terjepit" di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.