Search

Logo Light

Keluar dari Periskop?

Sign Out Cancel

Soal Pengayaan Uranium, Iran: Tak Ada Yang Bisa Mengatur Kami

ISTANBUL - Iran akan terus melanjutkan pengayaan uranium sesuai ketentuan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT), sekalipun harus menghadapi serangan dari Israel dan Amerika Serikat. Hal itu ditegaskan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Politik, Majid Takht Ravanchi, pada Senin (17/6), seperti dikutip kantor berita semi resmi Tasnim.

“Tak seorang pun bisa mengatur kami apa yang boleh dan tidak boleh kami lakukan, selama kami bertindak sesuai kewajiban kami dalam traktat tersebut,” kata Ravanchi dalam wawancara dengan stasiun TV nasional Jerman, Das Erste.

Sehari sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengeklaim, pasukannya telah membombardir fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Serangan itu dilakukan menggunakan enam bom penghancur bunker yang dijatuhkan dari pesawat siluman B-2 di Fordow, serta puluhan rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam ke arah Natanz dan Isfahan.

Serangan ke fasilitas nuklir Iran itu merupakan eskalasi terbaru dalam operasi militer besar-besaran Israel dengan dukungan AS sejak 13 Juni. Sebagai balasan, Iran meluncurkan serangan rudal ke wilayah Israel.

Sejak itu, sedikitnya 430 orang telah tewas dan lebih dari 3.500 orang cedera di Iran akibat serangan-serangan Israel. Di lain pihak, Israel melaporkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya cedera.

Sementara itu, mengutip Sputnik-OANA, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, obliteration(penghancuran total) adalah kata yang tepat untuk menggambarkan dampak serangan AS terhadap fasilitas-fasilitas nuklir Iran.

“Kerusakan besar terjadi di semua situs nuklir Iran, seperti yang ditunjukkan oleh citra satelit. 'Obliteration’ adalah istilah yang akurat!" kata Trump di platform media sosial Truth Social.

"Struktur (bangunan) putih yang terlihat itu tertanam jauh di dalam batu, bahkan atapnya berada jauh di bawah permukaan tanah dan sepenuhnya terlindung dari api,” katanya.

Trump menambahkan, kerusakan paling parah terjadi pada fasilitas yang berada jauh di bawah tanah. “Bullseye!!! (tepat sasaran)” kata dia.

Pada Minggu (22/6) dini hari waktu Iran, AS menyerang tiga fasilitas nuklir Iran di wilayah Natanz, Fordow, dan Isfahan. Serangan tersebut bertujuan membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir dan memaksa mereka untuk "mengakhiri perang" dengan Israel, kata Trump.

Dia juga mengancam, Iran akan menghadapi konsekuensi lebih serius jika menolak menghentikan perang. Pemerintah AS menyatakan, serangan terhadap fasilitas nuklir itu hanya dilakukan sekali dan tidak dimaksudkan untuk "mengganti kekuasaan" di Iran, menurut laporan Wall Street Journal.

Sementara itu, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi menyatakan, fasilitas nuklir tidak boleh menjadi target serangan, kata pasca serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.

"Saya telah berulang kali menyatakan bahwa fasilitas nuklir tidak boleh diserang," kata Grossi pada Minggu.

Ia menyerukan militer untuk saling menahan diri dan melakukan upaya-upaya yang sangat diperlukan untuk mencapai solusi diplomatik. Grossi menekankan, penghentian permusuhan diperlukan agar IAEA dapat melanjutkan inspeksi di Iran, termasuk melakukan verifikasi persediaan uranium yang diperkaya milik Teheran.

Ia menegaskan, pertukaran informasi yang berkelanjutan dan tepat waktu dengan Teheran tentang keselamatan nuklir merupakan masalah yang sangat penting.

IAEA mengatakan, fasilitas nuklir Iran yang diserang oleh AS pada Sabtu malam (21/6), menyimpan uranium yang diperkaya, yang dapat menyebabkan kontaminasi radioaktif dan kimia.

"Menurut informasi terbaru yang diverifikasi oleh IAEA sebelum serangan terhadap Iran dimulai pada 13 Juni, tiga lokasi yang menjadi sasaran Amerika Serikat – juga termasuk Esfahan dan Natanz—berisi bahan nuklir dalam bentuk uranium yang diperkaya ke berbagai tingkat, yang dapat menyebabkan kontaminasi radioaktif dan kimia di dalam fasilitas yang diserang," kata IAEA dalam sebuah pernyataan.

Di sisi lain, Iran menyerukan agar fasilitas nuklir Israel ditempatkan di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

"Dewan Keamanan PBB harus segera bertindak berdasarkan Bab 7 Piagam PBB dan memperbaiki ketidakadilan dan pelanggaran berat tersebut dengan: … Menempatkan fasilitas nuklir Israel di bawah perlindungan Badan (Badan Tenaga Atom Internasional/IAEA)," kata perwakilan tetap Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, Minggu (22/6).

 

Ikuti Periskop Di
Reporter : Joko Priyono
Penulis : Tiamo Braudmen
Editor : Eka Budiman
faisal_rachman
faisal_rachman
Penulis
No biography available.
Topik Terkait