JAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyatakan keseriusannya melakukan evaluasi total prosedur keamanan dalam pendakian gunung di kawasan taman nasional. Salah satunya adalah segera menerapkan penggunan gelang Radio Frequency Identification (RFID).
“Terkait dengan rencana gelang RFID harus segera diimplementasikan,” ujarnya, Rabu (2/7).
Adapun penerapan gelang untuk memantau posisi para pendaki ini telah diterapkan di Gunung Merbabu. Gelang dikenakan setiap pendaki sejak registrasi.
Gelang ini memiliki chip pasif yang menyimpan data pribadi pendaki, termasuk nama, nomor darurat, jadwal pendakian, hingga informasi kesehatan bila diperlukan. Saat pendaki melewati titik-titik tertentu, gelang RFID akan dipindai oleh perangkat khusus yang terhubung ke sistem pusat.
Pemindai kemudian mencatat lokasi dan waktu, agar petugas taman nasional dapat memantau pergerakan pendaki secara berkala. Nah, jika ada pendaki yang tidak muncul di pos selanjutnya dalam kurun waktu yang wajar, sistem akan memberi notifikasi kepada tim pengelola untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
Teknologi ini memungkinkan pelacakan dengan tingkat akurasi tinggi dan tidak terganggu oleh kondisi cuaca ekstrem seperti kabut atau hujan lebat. Sistem ini juga sangat berguna dalam situasi darurat, seperti ketika pendaki mengalami cedera, tersesat, atau memerlukan evakuasi cepat.
"Ini akan bermanfaat untuk tracking nanti kalau sesuatu terjadi, misal di pos mana hilang, memudahkan Tim SAR untuk melakukan evakuasi," ujar Raja Antoni kala mengunjungu Gunung merbabu, Selasa (27/5) lalu.
Pada intinya, Raja Antoni memastikan, dirinya ingin ada perbaikan di wilayah taman nasional khususnya yang digunakan untuk pendakian. “Saya ingin ada perbaikan di taman nasional. Kita harus hati-hati sekali tentang pengelolaan taman nasional untuk pendakian,” serunya.
Lebih lanjut, Menhut juga bakal melibatkan para pemangku kepentingan terkait, termasuk mengundang perwakilan Tim Rinjani Rescue. Di antaranya Abd Haris Agam (Rinjani Squard), Herna Hadi Prasetyo (Rinjani Squard), Mustiadi (EMHC) dan Samsul Padli (Unit SAR Lombok Timur).
Selain itu, ada juga Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi, Ditjen KSDAE, Nandang Prihadi, Kepala Balai TN Gunung Rinjani Yarman, beserta jajaran Kemenhut. Raja Antoni menilai penting untuk mendefinisikan keamanan terlebih dahulu (safety first) sebelum melakukan pendakian.
Dalam mendefinisikan parameter keselamatan ini, ia menilai perlu juga melibatkan guide, porter dan petugas yang bertugas di lapangan. Termasuk menambahkan papan petunjuk (sign board).
“Penting bagi kita untuk mendefinisikan safety first ini seperti apa measurement-nya. Ini dapat diperoleh dengan prinsip teori partisipatif melibatkan orang-orang yang memang berada di lapangan,” tuturnya.
Selain itu, ia juga menginginkan adanya syarat pendakian yang didasari dengan level kesulitan masing-masing gunung di Indonesia. Hal ini guna menambah pengamanan keselamatan, terlebih gunung-gunung di Indonesia memiliki kondisi dan tingkat kesulitan yang beragam.
“Saya punya ide untuk membuat ketentuan prasyarat pendakian yang didasari level kesulitan suatu gunung,” ucapnya.
Juliana Marins
Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Barat Lalu Muhamad Iqbal memastikan pembenahan pendakian di Gunung Rinjani. Hal ini sebagai upaya antisipasi dan pencegahan terjadinya kecelakaan seperti yang dialami pendaki asal Brasil, Juliana Marins.
"Saya dalam waktu dekat sebetulnya sudah mengundang sejumlah pihak untuk kita berkumpul bersama, tetapi karena ada undangan tim SAR ke Jakarta, jadi belum terlaksana. Tapi secepatnya kita agendakan kembali," ujarnya di Mataram, Selasa.
Menurutnya, diskusi bersama dengan seluruh pihak yang berkaitan dengan pariwisata ini penting segera dilakukan, agar pemerintah bisa mendengarkan masukan untuk kemudian dari masukan tersebut. Selanjutnya, emerintah melakukan perubahan-perubahan dalam membenahi destinasi wisata, termasuk di Rinjani.
"Bahkan saya sudah koordinasi langsung dengan Menteri Kehutanan dan Pak Menteri dan kami (Pemprov) berkomitmen sama-sama kita harus benahi Rinjani," tegas Miq Iqbal.
Miq Iqbal menyatakan peristiwa yang menimpa pendaki asal Brazil, Juliana Marins, menjadi pelajaran berharga dalam membenahi dunia pariwisata di NTB, salah satunya pendakian di Gunung Rinjani.
"Jadi kita ambil pelajaran dari peristiwa ini, agar ada pelajaran yang kita dapat dalam rangka perbaikan," serunya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti Putri juga berjanji akan mengevaluasi sistem pendakian di Gunung Rinjani, guna mencegah insiden kecelakaan kembali terjadi seperti yang dialami pendaki asal Brasil Juliana Marins.
"Tentunya kami juga sudah sampaikan kepada keluarga korban, kami akan coba memperbaiki dari sisi regulasi terkait proses pendakian dari turis luar maupun domestik yang ada, agar Rinjani tentunya menjadi destinasi dunia," imbuhnya.