Periskop.id - Bank Dunia (World Bank) menekankan pentingnya reformasi struktural yang lebih mendalam di Indonesia guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satunya dengan pengurangan dominasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan peningkatan keterbukaan terhadap persaingan pasar.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo, Selasa (7/10) menyampaikan, Indonesia selama ini berusaha tumbuh lebih cepat dari potensi ekonominya. Untuk menutup kesenjangan tersebut, pemerintah mengandalkan berbagai bentuk subsidi di sektor pangan, transportasi, dan energi.
Namun, pendekatan berbasis subsidi dinilai belum cukup untuk menciptakan lapangan kerja yang produktif dan meningkatkan daya saing nasional.
“Indonesia perlu lebih ambisius dalam reformasi yang membuka perdagangan dan meningkatkan kompetisi, serta mengurangi status istimewa BUMN dan perusahaan yang terkait dengan negara,” ujar Mattoo.
Ia menyoroti kebijakan perdagangan yang masih bersifat protektif, telah membuat Indonesia terpinggirkan dari rantai nilai global, terutama di sektor manufaktur.
Data menunjukkan kontribusi sektor manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) telah menurun tajam, dari lebih dari sepertiga menjadi kurang dari seperlima. Mattoo menegaskan, pelaksanaan reformasi yang telah disahkan, seperti Undang-Undang Cipta Kerja, harus dijalankan secara konsisten.
Bank Dunia pun mengapresiasi langkah-langkah seperti pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara dan pelonggaran kebijakan moneter, untuk mendorong investasi di sektor hilirisasi dan kawasan ekonomi khusus. Namun, reformasi yang lebih luas tetap diperlukan.
“Yang paling penting adalah memastikan reformasi yang sudah disahkan benar-benar dijalankan, dan memperluas reformasi yang mendorong persaingan sehat,” kata Mattoo.
Dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025 yang dirilis pada Selasa, Bank Dunia sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada di angka 4,8%, tertinggal dari Filipina yang diperkirakan tumbuh 5,3% dan Vietnam sebesar 6,6%.
Tinggalkan Komentar
Komentar