periskop.id - Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2025 tercatat menurun. Posisi ULN Indonesia mencapai US$423,9 miliar, lebih rendah dibandingkan September 2025 yang sebesar US$425,6 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, penurunan secara bulanan tersebut terjadi di tengah dinamika perekonomian global yang masih dibayangi ketidakpastian pasar keuangan. Meski demikian, secara tahunan ULN Indonesia tetap mencatat pertumbuhan sebesar 0,3% secara year on year, yang terutama didorong oleh peningkatan ULN sektor publik.
“ULN pemerintah tetap berada dalam kondisi terjaga dan terkendali,” ujar Ramdan dalam keterangan tertulis yang dikutip Selasa (16/12).
Pada Oktober 2025, posisi ULN pemerintah tercatat sebesar US$210,5 miliar atau tumbuh 4,7% secara year on year. Perkembangan ini dipengaruhi oleh aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional, seiring tetap kuatnya kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia yang dinilai masih positif, meskipun tekanan dan volatilitas di pasar keuangan global meningkat.
Selanjutnya, berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dengan porsi 22,2% dari total ULN pemerintah. Selain itu, ULN pemerintah juga dialokasikan untuk sektor Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 19,6%, sektor Jasa Pendidikan sebesar 16,4%, sektor Konstruksi sebesar 11,7%, serta sektor Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,6%.
Ramdan menambahkan, struktur ULN pemerintah didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah. Kondisi tersebut mencerminkan pengelolaan pembiayaan yang pruden dan berorientasi jangka panjang.
Sementara itu, posisi ULN swasta menunjukkan tren penurunan. Pada Oktober 2025, ULN swasta tercatat sebesar US$190,7 miliar, menurun dibandingkan September 2025 yang sebesar US$192,5 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,9% secara year on year.
Penurunan ULN swasta terjadi baik pada kelompok peminjam lembaga keuangan maupun perusahaan bukan lembaga keuangan. ULN lembaga keuangan tercatat terkontraksi sebesar 4,7% secara year on year, sedangkan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami kontraksi sebesar 1,2% secara year on year.
Dari sisi sektor ekonomi, posisi ULN swasta terbesar masih berasal dari sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan Asuransi, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian. Keempat sektor tersebut memiliki pangsa dominan yang mencapai 80,9% dari total ULN swasta, menunjukkan konsentrasi pembiayaan eksternal swasta pada sektor-sektor utama penopang aktivitas ekonomi.
Dengan demikian, secara keseluruhan struktur ULN Indonesia tetap berada pada kondisi yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tercatat sebesar 29,3% pada Oktober 2025. Selain itu, struktur ULN Indonesia juga didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 86,2% dari total ULN.
Untuk menjaga agar struktur ULN tetap sehat dan berkelanjutan, Bank Indonesia bersama pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau dan mengelola perkembangan ULN.
“Ke depan, peran ULN akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan tetap meminimalkan berbagai risiko yang berpotensi memengaruhi stabilitas perekonomian Indonesia,” tulis Ramdan dalam laporannya.
Tinggalkan Komentar
Komentar