periskop.id - Platform e-commerce di Indonesia kini menghadapi tantangan baru seiring perubahan pola belanja masyarakat. Asosiasi pelaku industri niaga elektronik Indonesia (idEA) menilai bahwa lokapasar harus terus berinovasi dan berbenah diri agar tetap relevan.
Wakil Ketua Umum idEA, Budi Primawan, menyebut bahwa konsumen kini cenderung memilih kanal yang lebih praktis dan sesuai dengan kebiasaan mereka, seperti social commerce dan aplikasi pesan instan.
“Hal ini menjadi dorongan agar platform e-commerce terus meningkatkan kemudahan, kenyamanan, dan kepercayaan konsumen, baik dari sisi pembayaran, pengiriman, maupun perlindungan transaksi,” ujar Budi dikutip dari Antara, Selasa (19/8).
Ia menilai fenomena ini sebagai bagian dari evolusi ekosistem digital yang menuntut adaptasi cepat dari pelaku industri.
Meski jumlah konsumen e-commerce terus meningkat, nilai rata-rata belanja per orang justru mengalami penurunan.
“Transaksi tetap ramai, tapi nilainya lebih kecil, sejalan dengan fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana), yang mana banyak konsumen hanya melihat-lihat atau bertanya tanpa membeli,” jelas Budi.
Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku belanja yang lebih berhati-hati. Budi juga mencatat bahwa rata-rata belanja per orang per bulan turun sekitar 13%, dari Rp543.000 menjadi Rp470.000. Penurunan ini mencerminkan sikap konsumen yang lebih selektif dan fokus pada kebutuhan utama, terutama di tengah kondisi ekonomi yang menuntut kehati-hatian. Meskipun tetap aktif di platform digital, keputusan untuk bertransaksi kini lebih dipertimbangkan.
Tren belanja melalui kanal alternatif seperti social commerce dan aplikasi chat turut memperkuat perubahan ini. Menurut Budi, perbedaan karakter antar kanal justru membuka peluang inovasi dan kolaborasi yang harus dimanfaatkan oleh pelaku industri.
“Konsumen sekarang makin banyak berbelanja lewat kanal lain, dan ini harus direspons dengan strategi yang tepat,” tambahnya.
Survei Jakpat yang dirilis pada 31 Juli 2025 mengonfirmasi tren tersebut. Sebanyak 95% responden menyatakan telah melakukan pembelian daring pada paruh pertama tahun ini, naik 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, rata-rata pengeluaran bulanan justru turun dari Rp543.250 menjadi Rp470.516, memperkuat temuan bahwa konsumen kini lebih hemat dan selektif.
Dengan dinamika ini, pelaku e-commerce dituntut untuk tidak hanya mempertahankan jumlah pengguna, tetapi juga meningkatkan nilai transaksi melalui pendekatan yang lebih personal, fleksibel, dan berbasis kepercayaan. Inovasi kanal, penguatan fitur, dan pemahaman perilaku konsumen menjadi kunci agar industri tetap tumbuh di tengah perubahan.
Tinggalkan Komentar
Komentar