periskop.id - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences mengungkap temuan menarik mengenai perilaku stalking melalui jaringan internet (cyberstalking) dalam hubungan romantis. 

Berdasarkan laporan Psychology Today, 18 April 2022, penelitian ini menunjukkan bahwa wanita lebih sering melakukan stalking terhadap pasangannya, terutama dalam bentuk pasif dan invasif, dibandingkan pria. Studi yang dipimpin oleh Evita March dan timnya ini menganalisis perilaku 449 partisipan dewasa.

Tiga Bentuk Cyberstalking dan Alasan di Baliknya

Penelitian ini mengidentifikasi tiga bentuk utama cyberstalking dalam hubungan intim, yakni:

  1. Pasif: Melibatkan pemantauan akun media sosial atau status daring terakhir mantan atau pasangan.
  2. Invasif: Menggunakan akun pasangan untuk masuk ke email atau ponsel tanpa izin.
  3. Manipulatif (Duplicitous): Membuat akun palsu atau menyamar sebagai orang lain untuk memantau.

Menurut para peneliti, perilaku stalking pada wanita sering kali terkait dengan keinginan untuk menghindari "kesalahan dalam memilih pasangan" (mating mistakes), yang risikonya dinilai lebih besar bagi wanita. Contohnya, seperti menjalin hubungan dengan pasangan yang tidak setia atau memiliki penyakit menular seksual.

Kaitannya dengan Sifat Kepribadian dan Mitos yang Terpatahkan

Studi ini juga menemukan bahwa perilaku stalking berkorelasi dengan sifat kepribadian Dark Tetrad (Machiavellianisme, narsisme, psikopati, dan sadisme). Namun, hanya sifat psikopati yang secara konsisten berhubungan dengan ketiga bentuk stalking.

Temuan bahwa wanita lebih sering melakukan stalking jelas bertentangan dengan asumsi umum yang menganggap mayoritas pelaku stalking adalah pria. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa beberapa perilaku, seperti memeriksa status online, mungkin dianggap lebih wajar jika dilakukan oleh wanita. Namun, para peneliti menegaskan perlunya penelitian lanjutan untuk mengonfirmasi hal ini.