periskop.id - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus memperkuat sinergi dengan Food and Agriculture Organization (FAO) serta sejumlah mitra strategis untuk mendorong regenerasi petani di Indonesia. Upaya ini dipandang penting mengingat tantangan besar yang dihadapi sektor pertanian dalam menarik minat generasi muda.
Deputi Bidang Layanan Kepemudaan Kemenpora, Yohan, menegaskan bahwa salah satu langkah konkret adalah mengintegrasikan modul pelatihan sistem pertanian dari program Petani Keren (Cool Agripreneur) ke dalam program kewirausahaan dan kepemudaan nasional.
“Kemenpora akan berkolaborasi melanjutkan sinergi dengan FAO dan mitra strategis agar program ini tidak berhenti di sini, tetapi berlanjut dalam bentuk kerja sama lintas sektor,” ujar Yohan dilansir dari Antara, Senin (14/10).
Sejak 2024 hingga 2025, program Petani Keren telah memberikan pelatihan kewirausahaan pertanian dan praktik pertanian berkelanjutan kepada 100 pemuda dari berbagai daerah. Program ini dirancang sebagai jawaban atas tantangan regenerasi petani yang semakin mendesak.
Data Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan hampir 80% petani di Indonesia berusia di atas 40 tahun. Sementara itu, keterlibatan Generasi Z di sektor pertanian masih sangat rendah, hanya 2,14%. Ironisnya, hampir separuh pengangguran di Indonesia justru berada pada kelompok usia 15–29 tahun.
Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menilai program ini menjadi langkah penting untuk menarik minat pemuda ke sektor pertanian yang sebenarnya menyimpan banyak peluang.
“Pemuda perlu terlibat dalam tata kelola sistem pangan dan menyumbangkan perspektif mereka dalam kebijakan agar terwujud sistem pangan yang adil dan berkelanjutan bagi semua,” ujarnya.
Program Petani Keren yang diluncurkan pada 2024 melalui skema kerja sama teknis FAO dengan dukungan pemerintah Indonesia ini mengembangkan model pertanian inovatif berbasis teknologi digital dan keberlanjutan lingkungan. Beberapa metode yang diperkenalkan antara lain rumah kaca, sistem permakultur, hingga pertanian cerdas.
Selain itu, pendekatan semi-intensif juga diperkenalkan sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian ekosistem. Dengan kombinasi inovasi dan keberlanjutan, program ini diharapkan mampu membuka jalan bagi lahirnya generasi baru petani muda yang tangguh dan berdaya saing.
Tinggalkan Komentar
Komentar