periskop.id - Harga properti residensial di pasar primer pada triwulan II 2025 menunjukkan pertumbuhan yang terbatas. Hal tersebut tercermin dalam Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang hanya naik sebesar 0,90% secara tahunan (year on year/yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,07% (yoy). 

“Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2025 yang tumbuh sebesar 0,90% year on year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2025 sebesar 1,07% (yoy),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dikutip dari Antara, Rabu (6/8).

Ramdan menyebutkan, perlambatan pertumbuhan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan penjualan rumah tipe kecil, yang sebelumnya menjadi penopang utama di pasar primer. 

Rumah tipe kecil masih mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,70% (yoy), tetapi jauh melambat dibandingkan dengan lonjakan 23,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, rumah tipe menengah dan besar justru mengalami penurunan penjualan yang lebih signifikan.

Secara agregat, penjualan properti residensial di pasar primer mengalami kontraksi sebesar 3,80% (yoy), berbanding terbalik dengan triwulan I 2025 yang sempat tumbuh 0,73% (yoy). Rumah tipe besar mengalami penurunan penjualan sebesar 14,95% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,69%. 

Sementara penjualan rumah tipe menengah terkontraksi sebesar 17,69% (yoy), meskipun sudah membaik dari kontraksi ekstrem 35,76% (yoy) pada triwulan I.

Dari sisi pembiayaan, mayoritas pengembang masih mengandalkan dana internal untuk membangun properti residensial, dengan porsi sebesar 78,36%. Pinjaman dari perbankan menempati urutan kedua dengan kontribusi 15,69%, disusul oleh pembayaran langsung dari konsumen sebesar 5,96%. 

Pola ini menunjukkan kecenderungan pengembang untuk tetap berhati-hati di tengah dinamika pasar yang belum sepenuhnya stabil.

Sementara itu, konsumen masih mengandalkan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai metode utama dalam membeli hunian primer, dengan porsi sebesar 73,06% dari total pembiayaan. 

Pembelian melalui skema tunai bertahap mencatatkan pangsa 17,75%, sedangkan pembelian tunai langsung menyumbang 9,19%. Kondisi ini mengindikasikan preferensi masyarakat terhadap pembiayaan jangka panjang yang lebih fleksibel.

Secara keseluruhan, hasil survei SHPR ini menggambarkan kondisi pasar properti residensial yang sedang mengalami fase pelambatan, meskipun masih ada pergerakan positif di segmen rumah kecil.