Periskop.id – PT United Tractors Tbk (UNTR) pada semester I 2015 membukukan laba bersih sebesar Rp8,1 Triliun. Capaian ini turun 15% dibanding periode yang sama tahun 2024 lalu yang tercatat sebesar Rp9,5 triliun. 

Corporate Secretary UNTR Sara K Loebis menjelaskan penurunan laba bersih terjadi karena penurunan kinerja dari segmen Kontraktor Penambangan yang terkendala curah hujan tinggi. Begitu juga dengan segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi yang terkendala harga jual batu bara yang lebih rendah.

“Meski begitu, sebagian dapat diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya serta Mesin Konstruksi,” ujar Sara dalam keterangannya dikutip Kamis (31/7).

Secara umum, UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp68,5 triliun atau naik sebesar 6% dari Rp64,5 triliun pada periode yang sama di tahun 2024. Pendapatan bersih tersebut terutama berasal dari Segmen Kontraktor Penambangan sebesar Rp26,1 triliun, 7% lebih rendah dari semester pertama 2024.

Kemudian, Rp20,9 triliun dari segmen Mesin Konstruksi, 34% lebih tinggi dari semesster pertama tahun 2024. Lalu, Rp13,4 triliun dari segmen Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi, 14% lebih rendah dari semester pertama tahun 2024. Lainnya, Rp7,0 triliun dari segmen Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya, 60% lebih tinggi dari semester pertama tahun 2024.

Segmen Usaha Mesin Konstruksi

Sara menuturkan, Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 27% menjadi 2.728 unit yang didorong oleh peningkatan penjualan di semua sektor. “Komatsu tetap mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar alat berat. Berdasarkan riset pasar internal, pangsa pasar Komatsu adalah 26%,” ucapnya

Selanjutnya, penjualan Scania naik dari dari 182 unit menjadi 282 unit dan penjualan UD Trucks naik dari 82 unit menjadi 109 unit. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2% menjadi Rp5,5 triliun. Total pendapatan bersih dari Mesin Konstruksi meningkat 34% menjadi Rp20,9 triliun.

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan

Untuk segmen usaha Kontraktor Penambangan, dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya PT Kalimantan Prima Persada (KPP Mining). PAMA dan KPP Mining (PAMA Grup) menyediakan jasa pertambangan untuk pemilik konsesi tambang, dengan membantu mereka dalam pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) dan produksi batu bara serta mineral lainnya.

Sampai dengan semester pertama 2025, PAMA Grup mencatatkan volume pekerjaan pemindahan tanah yang lebih rendah sebesar 9% menjadi 533 juta bcm dan volume produksi batu bara untuk para kliennya turun 2% menjadi 68 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 7,8x. “Pemindahan tanah dan produksi batu bara klien yang lebih rendah disebabkan oleh curah hujan tinggi yang lebih tinggi dari proyeksi pada lima bulan pertama di tahun 2025,” serunya.

Segmen Usaha Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi

Selanjutnya, segmen usaha Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources). Sampai dengan kuartal pertama 2025, tambang batu bara Turangga Resources mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 6,6 juta ton (termasuk 2,1 juta ton batu bara metalurgi), naik 10% dari periode yang sama tahun 2024. Total volume penjualan batu bara termasuk batu bara pihak ketiga mencapai 7,8 juta ton, 3% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara Termal dan Metalurgi turun sebesar 14% menjadi Rp13,4 triliun, dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara,” ujar Sara.

Segmen Usaha Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya

Adapun untuk segmen usaha Pertambangan Emas dan Mineral Lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 60% menjadi Rp7,0 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan penjualan dan harga rata-rata emas.

Pertambangan Emas

Untuk diketahui, usaha pertambangan emas Perseroan dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR), yang mencatatkan total penjualan setara emas sebesar 125 ribu ons, 14% lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. “Martabe mencatatkan penjualan setara emas sebesar 119 ribu ons atau naik 8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. SJR mengoperasikan tambang emas di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. SJR mencatatkan 6 ribu ons penjualan setara emas,” tuturnya. 

Bisnis Nikel

Sementara itu, PT Stargate Pasific Resources (SPR) mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1,1 juta wet metric ton (wmt) sampai semester pertama tahun 2025, yang terdiri dari 360 ribu wmt saprolit dan 727 ribu wmt limonit.

Nickel Industries Limited (NIC) yang dimiliki sebesar 20,14% merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia. 

“Kinerja bisnis ini terdampak oleh pencatatan penurunan nilai terkait dua proyek RKEF lama milik NIC di kuartal terakhir tahun 2024 (yang mempengaruhi kinerja Perseroan di semester pertama tahun 2025),” kata Sara. 

 Sekadar informasi, pada bulan Juni 2025, UNTR menyelesaikan akuisisi tambahan 30,6% saham di Supreme Energy Sriwijaya (SES) senilai USD30,8 juta, sehingga meningkatkan total kepemilikan di SES menjadi 80,2%. SES adalah pemegang 25,2% saham di Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), yang memiliki proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang 91,2 MW. Setelah transaksi ini, total kepemilikan saham langsung dan tidak langsung Perseroan di SERD adalah 40,4%.