Periskop.id - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menutup paruh pertama 2025 dengan membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp73 triliun. Dari jumlah tersebut, Telkom mencatat laba bersih sebesar Rp11,0 triliun dengan margin laba bersih pada 15%.

"Di tengah berbagai tantangan industri yang dinamis, Telkom terus mempercepat eksekusi strategi transformasi demi memperkuat daya saing dan menciptakan nilai jangka panjang," kata Direktur Utama Telkom Dian Siswarini dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (31/7). 

Adapun EBITDA konsolidasi tercatat sebesar Rp36,1 triliun dengan margin EBITDA pada 49,5%. Dian mengatakan, bisnis data, internet, dan IT services masih menjadi kontributor utama bagi total pendapatan perseroan, sebesar Rp42,5 triliun.

Pendapatan dari lini bisnis network dan layanan telekomunikasi lainnya meningkat sebesar 9,8% secara tahunan menjadi Rp7,5 triliun. Hal in, didorong oleh bisnis solusi pembayaran (payment solutions), jaringan (network), dan satelit.

Lini bisnis interkoneksi juga mengalami pertumbuhan sebesar 2,4% secara tahunan menjadi Rp5,0 triliun, terutama dikarenakan peningkatan trafik pada segmen international wholesale voice.

"Kami percaya, kecepatan dalam mengeksekusi transformasi menjadi kunci untuk memenangkan pasar digital yang sangat kompetitif saat ini," ujar Dian.

Pada segmen consumer (mobile and fixed broadband), Telkomsel selaku anak usaha Telkom membukukan pendapatan sebesar Rp53,8 triliun. Digital business tetap menjadi pendorong utama dengan menyumbang 90,6% dari pendapatan seluler.

Kemudian, segmen enterprise membukukan pendapatan sebesar Rp10,0 triliun. Lalu, untuk segmen wholesale and international mencatat pendapatan sebesar Rp9,7 triliun atau tumbuh 4,7% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Pada bisnis menara telekomunikasi, Mitratel sebagai anak usaha Telkom membukukan pendapatan positif sebesar Rp4,6 triliun dengan pertumbuhan sebesar 2,2% secara tahunan.

Lebih lanjut, pada semester I 2025, realisasi belanja modal (capex) TelkomGroup sebesar Rp9,5 triliun atau 13,0% dari total pendapatan, mengalami penurunan sebesar 18,7% secara tahunan.

Dian mengatakan, penurunan rasio capex-to-revenue sejalan dengan strategi Telkom menerapkan fokus yang lebih tajam pada alokasi belanja modal. Hal ini guna memastikan, baik belanja modal (capex) maupun belanja operasional (opex) digunakan dengan pendekatan berbasis pengembalian investasi.