periskop.id - Gerakan Pramuka di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berakar dari gerakan kepanduan dunia. Gerakan ini bermula dari inisiatif Lord Robert Stephenson Smyth Baden-Powell di Inggris pada 1907. Ia mengadakan perkemahan di Pulau Brownsea, yang menjadi cikal bakal Pramuka global. Gagasan ini kemudian dituangkan dalam bukunya, Scouting for Boys.
Gerakan kepanduan mulai masuk ke Indonesia pada era penjajahan Belanda. Pada 1912, cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO) dibentuk di Batavia (Jakarta). Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada 1914. Setelah itu, muncul berbagai organisasi kepanduan lokal, seperti Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) pada 1916. Berbagai organisasi kepanduan ini kemudian bersatu membentuk Ikatan Pandu Indonesia (Ipindo) pada 1952. Indonesia sendiri resmi menjadi anggota World Organization of the Scout Movement (WOSM) pada 1953.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX memiliki peran sentral dalam menyatukan gerakan kepanduan menjadi satu organisasi nasional. Ia dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia dan menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) pertama selama empat periode berturut-turut (1961–1974). Pada 14 Agustus 1961, Presiden Sukarno secara simbolis menyerahkan Panji Pramuka kepadanya, menandai peluncuran resmi Gerakan Pramuka Indonesia. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Pramuka.
Seiring waktu, Gerakan Pramuka terus beradaptasi. Statusnya sebagai ekstrakurikuler wajib telah mengalami perubahan. Dalam Kurikulum 2013, Pramuka diwajibkan di sekolah. Namun, di bawah Kurikulum Merdeka pada 2024, sekolah diwajibkan menyediakan opsi Pramuka, tetapi tidak lagi bersifat wajib bagi siswa.
Tinggalkan Komentar
Komentar