periskop.id - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai kondisi ekonomi global tidak seburuk yang selama ini dikhawatirkan banyak pihak. Menurutnya, berbagai indikator menunjukkan perekonomian dunia masih tumbuh stabil dan berpotensi membaik pada tahun depan.
Purbaya mengungkapkan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2025 tetap solid di level 2,3 persen, dan meningkat menjadi 2,4% pada 2026. Ia juga mencatat likuiditas di pasar global cenderung semakin longgar, memberikan ruang bagi negara-negara besar untuk menjaga momentum pertumbuhan.
"Ini global ternyata nggak sejelek yang diperkirakan banyak orang, word bank prediksinya 2025 masih tumbuh 2,3%, tahun depan akan lebih baik 2,4%, dan keliatannya likuiditas di pasar global juga lebih longgar," kata Purbaya dalam Rapat Kerja Komite IV DPD RI Bersama Menkeu, Jakarta, Senin (3/11).
Bendahara negara itu mencontohkan, Amerika Serikat (AS) sebenarnya masih memiliki ruang yang cukup besar untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Saat suku bunga di negara tersebut tinggi, pemerintah masih dapat menurunkannya untuk memacu pemulihan ekonomi. Pertumbuhan potensial AS, menurutnya, berada di kisaran 2–3 persen, dan jika melebihi batas itu, ekonomi justru berisiko mengalami overheating.
"Jadi ketika mereka bilang global ekonomi jadi ancaman, saya agak bingung sebetulnya. Harusnya enggak, cuma waktu itu mungkin salah baca, dia nakut-nakutin kita jadi susah," terangnya.
Ia juga menyinggung perekonomian China yang kerap disebut melambat. Menurutnya, negara tersebut memiliki kemampuan untuk menjaga stabilitas melalui intervensi kebijakan fiskal dan moneter yang kuat.
“Mereka (China) negara komunis, devisa di tangan mereka, bunga di tangan pemerintah. Jadi gampang aja kalau mau kasih stimulus ke perekonomian. Dan selama ini indikasinya jelas, mereka cukup pandai. Jadi saya termasuk yang nggak percaya kalau China jatuh dalam waktu dekat,” tutur Purbaya.
Ia menambahkan, saat gejolak ekonomi global meningkat, pemerintah China justru menginjeksi ratusan miliar dolar AS untuk menopang pertumbuhan. "Bahkan kemarin ketika gonjang-ganjing mereka injek uang untuk perekonomian ratusan miliar dolar. Jadi keliatannya mereka masih akan bagus," tutupnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar