periskop.id - Anak usaha Toyota Group, Toyota Tsusho Corporation (TTC), berencana menanamkan investasi di sektor hilirisasi mineral timah dan tembaga di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Todotua Pasaribu, usai pertemuan dengan jajaran TTC di Tokyo, Jepang, Jumat (7/11).

Menurut Todotua, investasi TTC diperkirakan mencapai USD100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun (kurs Rp 16.667 per dolar). Perusahaan berencana mengembangkan industri solder paste dan copper rod, yang menjadi bahan baku penting untuk kabel.

“Indonesia menyumbang sekitar 18 persen pasokan timah dunia, sehingga memiliki posisi strategis dalam rantai pasok global. Potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat industri komponen elektronik dan otomotif. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM berkomitmen mendukung penuh upaya hilirisasi yang menambah nilai di dalam negeri,” ujar Todotua.

Melansir Antara, Senin (10/11), TTC selama ini telah menjadi mitra dagang PT Timah Tbk (TINS) untuk produk turunan timah secara global dan berencana membangun fasilitas produksi solder paste di Indonesia. Proyek ini masih dalam tahap awal pembahasan, dan PT Timah berpotensi menjadi mitra lokal.

Secara global, lebih dari 50 persen konsumsi timah digunakan untuk pembuatan solder, terutama solder paste yang menjadi komponen utama industri elektronik, otomotif, dan energi surya. Permintaan solder paste diperkirakan meningkat dari 5.170 ton pada 2024 menjadi 6.300 ton pada 2029.

Selain timah, TTC juga tertarik berinvestasi di sektor hilirisasi tembaga untuk mengamankan bahan baku copper rods, yang permintaannya meningkat seiring pertumbuhan industri otomotif global. Todotua menambahkan, pemerintah siap memberikan dukungan penuh, mulai dari fasilitasi perizinan, kemudahan berusaha, hingga tahap operasional.

Dalam lima tahun terakhir, Jepang menempati posisi keempat sebagai sumber investasi asing langsung (FDI) terbesar di Indonesia, dengan total nilai mencapai USD18,89 miliar dan pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 12,4 persen. Angka ini menunjukkan hubungan ekonomi kedua negara yang semakin kuat dan komitmen untuk mendorong investasi yang berorientasi pada hilirisasi, teknologi hijau, dan pertumbuhan berkelanjutan.