Periskop.id - Diplomasi internasional yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto melalui pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, dinilai berpotensi menarik investasi. Ujungnya, hal tersebut akan mengerek pertumbuhan ekonomi domestik. 

Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aviliani menilai, Indonesia kini berada pada posisi strategis sebagai negara berkembang dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. 

Aviliani menekankan, posisi Presiden Prabowo kini semakin diperhitungkan di kancah internasional usai berpidato di Markas PBB pada 23 September kemarin. Hal tersebut diyakini juga ikut menempatkan Indonesia pada posisi strategis untuk menarik investasi dan kerja sama global. 

“Pak Prabowo sekarang di mata dunia sangat diperhitungkan. Jadi, sebenarnya ini momentum baik. Kalau orang sudah dipercaya, mau minta apa saja pasti bisa,” ujar dia saat menjadi pembicara di diskusi bertajuk Presiden Prabowo di Panggung PBB: Apa Pentingnya?' yang digelar di Jakarta Selatan, Rabu (24/9).

Menurut Aviliani, momentum ini idealnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia. Namun, ia menekankan keberhasilan Prabowo di kancah internasional harus diimbangi dengan kesiapan domestik, terutama dari aspek birokrasi maupun perizinan berusaha. 

Birokrasi yang lambat dan prosedur yang rumit, menurutnya masih menjadi tantangan utama bagi Indonesia dalam memaksimalkan peluang global. 

“Jangan sampai sudah dipercaya, ketika investor masuk ke Indonesia, banyak persoalan yang mereka akhirnya tidak jadi. Birokrasi ini menjadi masalah dari tahun ke tahun,” kata Aviliani. 

Ia menjelaskan, kondisi demografi suatu negara menjadi salah satu faktor krusial yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Ini karena jumlah penduduk usia produktif memengaruhi konsumsi dan investasi. 

“Demografi sangat menentukan bagaimana perekonomian itu tumbuh, makanya kalau kita lihat yang bisa tumbuh 4-5% ke atas itu adalah negara berkembang. Negara-negara maju cenderung hanya sampai 2-3%,” imbuhnya.

Menurut dia situasi sejumlah negara maju kini mengalami pertumbuhan konsumsi yang lambat akibat populasi menua, sehingga investasi juga cenderung menurun. Sebaliknya, negara-negara berkembang masih memiliki permintaan domestik yang kuat dan peluang investasi tinggi.

“Tidak ada orang yang mau berinvestasi ketika konsumsi turun. Nah, sekarang tinggal bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah itu bisa membuat investor tertarik masuk ke Indonesia,” ujarnya.

Trump Puji Prabowo

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji pidato Presiden RI Prabowo Subianto saat sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum Ke-80 PBB di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9) waktu setempat.

Sebagaimana keterangan yang diterima, hal itu dikatakan Trump kepada Prabowo dalam pertemuan multilateral Timur Tengah, di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB.

"Anda juga, sahabatku. Pidato yang hebat. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan mengetukkan tangan di meja itu. Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terima kasih banyak," ujar Presiden Trump sembari menoleh ke arah Presiden Prabowo.

Trump menilai pidato Presiden Prabowo penuh ketegasan dan energi, bahkan menyebut gaya komunikasinya mampu menggugah perhatian para pemimpin dunia. Bagi Trump, gaya Presiden Prabowo yang menggetarkan meja menjadi simbol keberanian dalam menyuarakan keadilan di forum internasional.

Diketahui, pertemuan multilateral tersebut digelar di Ruang Konsultasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9) sore waktu setempat.

Pertemuan tersebut hanya dihadiri secara terbatas oleh negara-negara yang dipandang dapat membantu mewujudkan proses perdamaian di Timur Tengah.

Selain Indonesia dan Amerika Serikat, hadir pula Emir Qatar Syekh Tamim ibn Hamad Al Thani, Raja Yordania Abdullah II, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdoğan dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif. Kemudian, Perdana Menteri Mesir Mostafa Madbouly, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Persatuan Emirat Arab Syekh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, serta Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud.

Adapun dalam sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-80 PBB, Presiden Prabowo mendapat kehormatan menjadi pembicara ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dalam pidatonya, Presiden menegaskan komitmen Indonesia terhadap Solusi Dua Negara sebagai dukungan agar Palestina dapat hidup dalam kedamaian, keamanan, dan kemerdekaan sejati. Presiden juga memaparkan visi besar Indonesia dalam mewujudkan tatanan multilateral yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Dalam pidato ini, Indonesia telah menyatakan kesiapan dalam berkontribusi terhadap perdamaian dunia dan solidaritas kemanusiaan. Termasuk dengan mengerahkan lebih dari 20.000 pasukan penjaga perdamaian ke Gaza maupun wilayah konflik lain yang membutuhkan.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI Budisatrio Djiwandono, pengakuan dunia kepada Republik Indonesia memang semakin nyata usai Presiden Prabowo Subianto berpidato di Sidang Umum Ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Apalagi, Prabowo mendapatkan kehormatan untuk bisa menyampaikan pidato di urutan ketiga, setelah Presiden Brasil Lula da Silva dan Presiden AS, Donald Trump.

"Ini merupakan refleksi dari semakin pentingnya suara, peran dan pengaruh Indonesia di kancah global, terutama di tengah berbagai ketidakpastian dan konflik yang sedang melanda dunia," kata Budisatrio di Jakarta, Kamis.

Melalui pidato itu, dia menilai Presiden juga menunjukkan kepemimpinan Indonesia yang siap memperkuat peran PBB, serta berdiri di garda terdepan dalam menjaga stabilitas dan perdamaian dunia.