periskop.id - Prevalensi stunting di DKI Jakarta tercatat sebesar 17,2% pada 2024, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Angka ini menunjukkan penurunan tipis 0,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Lies Dwi Oktavia, menilai capaian tersebut belum memuaskan.
“(Hasil) ini bukan hal yang menggembirakan. Kita ingin tentu untuk Jakarta angka stunting kita harusnya, idealnya, bisa ditekan jauh lebih rendah lagi,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (22/8).
Sebagai respons atas kondisi tersebut, Pemprov DKI Jakarta terus memperkuat intervensi gizi, terutama pada fase krusial 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Lies menekankan pentingnya pemberian ASI eksklusif dan kebiasaan makan sehat sejak dini.
“Memastikan seluruh bayi dalam 1.000 HPK mendapat akses ASI eksklusif yang baik, kemudian saat mulai mendapat makanan pendamping ASI, mempunyai kebiasaan makan yang baik,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa kecukupan gizi pada masa HPK sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak hingga dewasa dan lansia. Oleh karena itu, pemenuhan nutrisi sejak dini menjadi prioritas utama dalam mencegah stunting.
Lies juga mengingatkan bahwa balita yang mengalami kekurangan berat badan (underweight) harus segera mendapatkan intervensi gizi agar tidak masuk ke kategori stunting.
“Kalau kita tidak segera mengintervensi mulai dari tahap underweight, maka besar risiko balita atau bayi tersebut masuk ke dalam kelompok masalah gizi yang lebih serius dan jangka panjang bisa menjadi stunting,” tegasnya.
Meski angka stunting sedikit menurun, Jakarta justru mengalami kenaikan prevalensi balita underweight. Pada 2024, angkanya mencapai 14,9%, naik dari 14,5% pada tahun sebelumnya.
“Hal ini menunjukkan kita masih punya masalah dengan gizi pada keluarga yang mempunyai anak balita,” kata Lies.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menilai bahwa penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara sektoral. Lies menekankan perlunya kolaborasi lintas pihak, mulai dari orang tua, masyarakat, tenaga kesehatan, hingga pemerintah.
“Upaya menekan angka stunting di Kota Jakarta membutuhkan dukungan dari semua pihak,” ujarnya.
Dengan dukungan menyeluruh, Lies berharap anak-anak Jakarta dapat memiliki perilaku makan yang sehat dan tumbuh optimal.
Tinggalkan Komentar
Komentar