Periskop.id – Setidaknya, 20 anak yang berdomisili RT 18 Cakung Timur, Jakarta mengalami sakit, diduga terdampak uji coba operasional Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan. Ini karena uji coba yang dilakukan, menghasilkan pencemaran udara di sekitar kawasan tersebut.

“Betul ada 20 orang warga saya yang mengalami beragam penyakit terkait udara. Itu baru warga RT saya, belum dari wilayah lain,” kata Ketua RT 18 Cakung Timur Wahyu Andre Maryono di Jakarta, Senin (3/11) seperti dilansir Antara. 

Menurut dia, puluhan anak itu mengalami sakit sepanjang Oktober 2025 setelah adanya uji coba RDF Plant Rorotan. “Saya melakukan pendataan dan warga ini tercatat mengalami sejumlah penyakit,” serunya. 

Penyakit yang dialami puluhan anak itu mulai dari sakit mata, batuk pilek, muntah, dan Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Ia merinci, ke 20 anak itu, yakni NT (4) batuk pilek dan sakit mata, KN (2) sakit mata dan batuk pilek, YN (7 bulan) muntah dan batuk pilek. Lalu, AX (9) mata merah, KN (7) sakit mata, IR (6) batuk pilek berlarut, MTW (9) batuk pilek, RY (5) batuk, RS (4) batuk, AYK (6) batuk pilek.

Selanjutnya, ARK (3,5) batuk pilek, DR (9) batuk, JS (7) batuk, KY (2) ISPA, ARH (7 bulan) batuk pilek, KL (2) batuk, AQL (4), AD (7) ISPA, MS (3) ISPA dan mata merah, KP sakit mata dan batuk pilek. “Ada lima orang yang hingga hari ini masih dalam kondisi sakit,” kata Wahyu.

Ia mengatakan ,warga tersebut sebagian besar menjalani pengobatan mandiri dan ada juga yang berobat ke rumah sakit. “Kami minta ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah karena warga yang mengalami dampaknya,” tuturnya. 

Sebelumnya, warga dari sejumlah perumahan di Jakarta Timur meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghentikan operasional RDF Palnt Rorotan yang tidak mampu memenuhi Standar Operasi Prosedur (SOP). Sehingga berdampak bagi lingkungan dan kesehatan warga.

“Kami mendesak agar RDF Plant Rorotan ditutup atau berhenti beroperasi demi menjaga kesehatan, kenyamanan, dan kualitas lingkungan hidup warga,” ujar Wahyu.

Ia mengatakan, berdasarkan fakta di lapangan, ditemukan adanya pelanggaran SOP dan janji terkait operasional. Karena itu, pihaknya meminta agar pengelola RDF Plant Rorotan memperbaiki seluruh SOP dan menepati janji yang disepakati saat uji coba RDF Plant. Mulai dari menutup rapat pintu gudang atau pabrik saat bongkar muat dan penyimpanan sampah untuk menahan penyebaran bau.

Selanjutnya, ia meminta pengelola memastikan hanya mobil kompaktor tertutup rapat dan laik jalan yang digunakan untuk mengangkut sampah. Hal ini menurutnya perlu dipastikan guna mencegah sampah tercecer dan mengakibatkan tumpahan air lindi (leachate) di jalanan.

“Operasional fasilitas ini yang hingga saat ini masih menimbulkan dampak negatif dan mengganggu kenyamanan serta kesehatan lingkungan warga," kata Wahyu.

Selesaikan Masalah

Menanggapi hal ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, menyatakan siap menyelesaikan masalah bau yang dirasakan warga sekitar fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara dan menerima aspirasi mereka.

"Dalam waktu dekat saya akan ke lapangan. Saya juga akan menerima warga yang mengeluh tentang RDF Rorotan karena persoalan RDF Rorotan harus diselesaikan," kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Jakarta, Senin.

Pramono menyampaikan, masalah bau di RDF Rorotan salah satunya berasal dari air lindi yakni limbah cair dari air hujan yang menggenang pada timbunan sampah yang bertebaran saat diangkut truk pengangkut sampah.

"Saya mengakui masalahnya adalah di pengangkutan dan sampahnya. Harusnya di RDF Rorotan itu sampah tidak boleh lebih dari 2-5 hari. Kemarin mobil yang mengangkut air lindinya bertebaran. Itu yang kemudian menyebabkan bau kemana-mana," jelasnya.

Setelah dilakukan uji coba, kata Pramono, tak ada masalah dalam sistem pengolahan sampah di RDF Rorotan.