periskop.id - Sebuah survei terbaru bertajuk National Benchmark Survey (NBS) kembali menegaskan bahwa korupsi masih menjadi perhatian utama bagi anak muda di Indonesia. Hasil survei yang dirilis oleh Kawula17 untuk semester I 2025 menunjukkan adanya pergeseran cara pandang anak muda, dari sekadar masalah individual menjadi persoalan sistemik yang terkait dengan kelembagaan dan kebijakan negara.
Program Manager Kawula17, Maria Angelica, menilai temuan ini sebagai sinyal keras bagi pemerintah.
“Temuan ini menjadi sinyal keras bagi pemerintah di bidang antikorupsi. Apabila upaya pemberantasan korupsi, utamanya dengan perbaikan kebijakan dan reformasi kelembagaan, tidak segera ditingkatkan, ini akan berdampak pada kredibilitas pemerintah di mata orang muda,” kata Maria.
Isu Korupsi dan Desakan Reformasi Struktural
Hasil survei memperlihatkan bahwa praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi sorotan utama orang muda. Isu seperti penggunaan anggaran yang tidak transparan (42%) dan maraknya nepotisme di jabatan publik (40%) banyak diketahui oleh anak muda perkotaan.
Menurut survei, 23% orang muda menganggap penyimpangan alokasi subsidi negara sebagai alasan utama korupsi, diikuti nepotisme (22%) dan penggunaan anggaran yang tidak transparan (21%). Pandangan ini menunjukkan bahwa anak muda tidak lagi hanya melihat korupsi sebagai ulah individu, melainkan sebagai cerminan kelemahan sistem dan kebijakan.
Desakan terhadap solusi struktural terlihat dari preferensi kebijakan. Sebanyak 46% orang muda menekankan perlunya aturan yang melarang koruptor menempati jabatan publik. Selain itu, 45% responden menganggap implementasi RUU Perampasan Aset akan menjadi langkah efektif untuk merampas aset terduga koruptor.
Persepsi Kinerja Pemerintah dan Isu Lingkungan
Meski memiliki aspirasi kuat, tingkat kepuasan anak muda terhadap kinerja pemerintah dalam memberantas korupsi masih rendah. Empat dari lima responden menilai kinerja pemerintah jauh di bawah ekspektasi. Alhasil, peran pemerintah dalam isu antikorupsi hanya mencatatkan NET Score -77%, turun 21 poin dari semester sebelumnya.
Selain korupsi, NBS juga menyoroti isu lingkungan. Anak muda menilai lemahnya penegakan hukum yang dipengaruhi uang dan kekuasaan (38%) serta kebijakan yang belum efektif (30%) sebagai faktor utama kerusakan lingkungan. Mereka mendesak pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan perlindungan kawasan hutan dari deforestasi dan alih fungsi lahan (53%).
Dewi Anggraeni, seorang aktivis antikorupsi, menilai tingginya minat anak muda ini sebagai dorongan positif.
“Orang muda semakin kritis melihat korupsi dan melek akan kondisi bangsa, dengan tujuan memaksa pemerintah untuk berbenah. Tahun pertama pemerintahan Prabowo semakin mendorong orang muda untuk solid menyuarakan transparansi, tanggung jawab, pencegahan korupsi melalui beragam edukasi, dan penguatan regulasi demi memaksimalkan efek jera para koruptor,” kata Dewi.
NBS adalah survei berkala yang dilakukan oleh Kawula17 untuk memantau persepsi korupsi dan isu-isu lain di kalangan anak muda. Survei terbaru ini melibatkan 1.342 responden berusia 17-35 tahun dari seluruh Indonesia.
Tinggalkan Komentar
Komentar