Periskop.id - Mantan pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-Yong (STY), mengungkapkan rasa sayangnya atas kegagalan Timnas Indonesia di babak keempat Kualifikasi Piala Dunia. STY menyoroti kurangnya persiapan detail dan lemahnya kekuatan di lini depan sebagai faktor utama yang membuat Timnas gagal memanfaatkan peluang emas tersebut.

Dalam wawancara eksklusif dengan kanal YouTube Goalpost yang dirilis Selasa (21/10), STY, yang merupakan sosok di balik lolosnya Timnas hingga babak tersebut, mengaku memiliki perasaan campur aduk saat menonton pertandingan kualifikasi.

“Ya, tentu saja saya merasa sayang sekali. Memang saya sudah bukan (pelatih) tapi saya sempat berpikir, kalau kami bisa persiapan sedikit lebih baik, mungkin bisa langsung lolos lewat babak ke-3,” kata STY.

Menurutnya, mencapai babak keempat sudah merupakan capaian yang baik, namun kegagalan di babak krusial tersebut menjadi penyesalan besar.

"Sampai ke babak ke-4 saja saya pikir itu sudah cukup baik. Tapi gagal di babak ke-4 itu memang sangat disayangkan. Kalau saja mereka (Timnas Indonesia) persiapannya lebih matang. Sangat disayangkan sekali," tambahnya.

Soroti Lini Serang dan Harapan Piala Dunia 2030

STY, yang mengaku menganggap banyak pemain Timnas seperti anak sendiri, mengungkapkan kesedihannya karena para pemain tersebut gagal mencapai Piala Dunia. Ia menilai, secara permainan, Timnas seharusnya mempersiapkan detail taktik lebih baik, terutama saat menghadapi lawan kuat seperti Irak.

“Secara permainan, seharusnya mereka lebih detail mempersiapkannya. Misalnya bagaimana menghadapi Irak, mereka kuat di bagian apa, seharusnya lebih disiapkan,” jelasnya.

Ia memberikan penilaian spesifik terhadap kekuatan Timnas, di mana lini pertahanan dianggap sudah cukup baik. Masalah utama terletak pada sektor penyerangan.

“Sebenarnya lini pertahanan Indonesia itu tidak buruk sama sekali, mungkin yang kurang itu di lini depan, perlu pemain-pemain yang lebih punya power, dan jika saja mereka lebih berani bertarung di lini depan, hasilnya pasti berbeda,” ungkap STY.

STY menyesal karena Timnas gagal memanfaatkan kesempatan yang menurutnya tidak datang dua kali. Namun, ia optimistis terhadap masa depan sepak bola Indonesia.

"Sekarang sepak bola Indonesia sedang dalam tren positif, jadi kalau dipersiapkan sedikit lebih baik, Saya pribadi percaya Indonesia bisa lolos ke Piala Dunia 2030," ujarnya dengan optimis.

Jujur Condong ke Indonesia Jika Ada Tawaran Melatih

Saat ditanya mengenai video fans yang meneriakkan namanya selama dua pertandingan kualifikasi tersebut, STY mengaku sangat terharu. Walaupun teriakan nama tersebut bukan hal asing baginya, statusnya sebagai mantan pelatih membuat momen itu berbeda.

"Sebenarnya, setelah setiap pertandingan, fans selalu meneriakkan nama saya. Jadi itu bukan hal yang asing. Tapi kan saya bukan Coach mereka lagi. Rasanya dada saya sangat terharu. Saya pikir, oh ternyata fans Indonesia belum melupakan Saya," ungkapnya.

Menanggapi pertanyaan spekulatif mengenai kemungkinan kembali melatih Timnas Indonesia, STY menyatakan dirinya selalu terbuka dengan tawaran yang baik dari mana pun.

"Kalau nanti ada tawaran, tentu saya akan pertimbangkan. Tapi prinsip saya, kalau ada tawaran yang baik, saya terbuka kemanapun," ujarnya.

Namun, ia menegaskan secara emosional bahwa Indonesia memiliki tempat khusus di hatinya.

"Jujur, hati saya akan tetap condong ke Indonesia. Bahkan kalau ada tawaran yang sedikit lebih baik dari negara lain, tapi Indonesia menawar dengan niat sungguh-sungguh, Indonesia akan selalu jadi pilihan pertama saya," tutup STY.