Periskop.id - Sejumlah pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengeluhkan penjualan yang menurun, karena sepinya pembeli sejak aksi massa terjadi di Jakarta pada 28–31 Agustus lalu.  Mariana (58), salah satu pedagang busana muslim di Blok G, misalnya, mengaku hanya bisa mengantongi paling banyak Rp200 ribu, seperempat dari pendapatan normalnya di hari-hari biasa. 

Dia mengaku hampir 40 tahun berdagang di Tanah Abang dan baru kali ini merasakan penurunan omzet yang signifikan. "Iya sepi sekali, biasanya saya bisa dapat minimal sekitar Rp800 ribu sehari, tapi sekarang paling Rp200 ribu," kata Mariana seperti silansir Antara di Jakarta, Selasa (2/9). 

Hal senada juga disampaikan Idrus (51), pedagang kain di Blok B, yang menyebut penjualannya turun signifikan. Ia bahkan mengaku belum mendapat satu pun pembeli hari ini karena kondisi yang terus sepi.

"Sampai sekarang belum ada pembeli sama sekali, padahal biasanya setiap hari setidaknya ada transaksi," ujarnya.

Sebelum demo, lanjutnya, ia bisa mengantongi omzet bisa Rp3 juta sampai Rp5 juta sehari. “Dua karyawan saya sekarang terpaksa diliburkan. Kalau (demonstrasi) berlanjut, bisa banyak pedagang semakin rugi,” terang Idrus. 

Dia pun berharap agar situasi semakin kondusif sehingga penjualannya kembali meningkat.  “Kalau aman terus, orang-orang mungkin akan belanja lagi,” pungkas Idrus.

Sementara itu, Hendra (50), pedagang pakaian pria di lantai dasar Blok A, menyebut aksi massa yang terjadi beberapa hari belakangan sangat berdampak pada animo masyarakat yang berbelanja di Pasar Tanah Abang. Ia mengaku pendapatannya anjlok 40-70% dibanding hari biasa.

Ferdi (30), karyawan toko di Blok B, menuturkan sekitar 30 persen pedagang memilih menutup toko sejak Kamis, 28 Agustus.  Saat ini, sambung dia, meskipun situasi sudah kondusif, ketakutan masih dapat dirasakan oleh pedagang dan juga pembeli. 

“Dari luar mungkin kelihatannya (Tanah Abang) tidak aman, padahal sebenarnya situasi aman-aman saja untuk belanja. Tapi karena informasi di media sosial, orang jadi enggan ke sini,” imbuh Ferdi.

Tutup Gerai
Pada Selasa (2/9) ini, sejak pukul 08.00-11.00 WIB, kondisi pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara itu memang tampak sepi. Sejumlah kios tampak tutup, sementara pedagang yang membuka lapak terus berteriak menawarkan barang kepada pengunjung yang jumlahnya terbatas.

Richard (45), salah satu pedagang kain, mengaku sempat menutup gerainya lebih awal saat aksi massa berlangsung. Pada Kamis (28/8) lalu, ia mengaku hanya buka sampai siang padahal biasanya baru tutup lapak sekitar pukul 19.00 WIB.

"Tanggal 29 (Jumat) dan besoknya, malah tidak buka sama sekali. Sekarang sudah buka lagi, tapi pengunjung lebih sepi," ucapnya. 

Menurutnya, kemungkinan banyak calon pembeli ragu datang berbelanja karena khawatir situasi belum sepenuhnya kondusif. Meski demikian, tampak sejumlah pengunjung datang dan berbelanja di kawasan tersebut. Mereka mengaku sudah merasa aman dengan kondisi Jakarta, khususnya di wilayah Tanah Abang. 

"Dari kemarin sudah terlihat (beberapa wilayah) lebih aman, jadi saya berani ke sini berbelanja," kata Dewi (43), salah seorang pengunjung.