periskop.id - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa sistem keuangan nasional menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan di tengah tantangan ekonomi global.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara LPS Financial Festival 2025 di Surabaya pada Kamis (7/8).
Menurut Purbaya, sektor jasa keuangan terus beradaptasi dengan perkembangan yang ada.
"Salah satunya, kita sendiri melihat bagaimana sektor perbankan dan lembaga keuangan terus bertransformasi, dan, kita pun ingin berperan lebih strategis untuk senantiasa menjaga kepercayaan publik dan mendukung stabilitas sistem keuangan," ujarnya.
Ketahanan sektor perbankan ini tecermin dari sejumlah indikator utama.
Rasio Kecukupan Modal atau Credit Adequacy Ratio (CAR) perbankan tercatat meningkat menjadi 25,81% pada Juni 2025, naik dari 25,48% di bulan sebelumnya.
Pertumbuhan kredit secara tahunan (year-on-year) mencapai 7,77%, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,96% YoY.
Tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross juga terjaga di level 2,22% per Juni 2025.
Peningkatan simpanan juga terjadi di seluruh tingkatan saldo. Simpanan dengan nominal di bawah Rp2 miliar mengalami kenaikan sebesar Rp143,22 triliun atau tumbuh 4,29% YoY. Sementara itu, simpanan dengan saldo di atas Rp2 miliar meningkat Rp459,49 triliun atau 8,46% secara tahunan.
Purbaya menambahkan, penopang utama kekuatan ekonomi Indonesia adalah permintaan domestik (domestic demand) yang besar. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada kuartal II 2025 yang mencapai 62,53%, mencakup konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT).
Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99% YoY pada periode yang sama juga turut menyeimbangkan kontraksi pada belanja pemerintah.
Selain itu, optimisme juga didukung oleh bonus demografi yang dimiliki Indonesia.
Populasi usia produktif (15-64 tahun) telah melampaui 60% pada 2023, dengan generasi milenial dan Z menjadi porsi dominan yang akan menggerakkan ekonomi menuju visi Indonesia Emas 2045.
"Risiko global selalu ada, kita tidak perlu khawatir tapi harus tetap waspada. Ekonomi nasional kuat dan berdaulat, bertumpu pada kuatnya domestic demand dan bonus demografi,” tutup Purbaya.
Tinggalkan Komentar
Komentar