periskop.id - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan mendorong transformasi pendidikan seni, baik akademik maupun non-akademik di Indonesia. Menurutnya, universitas seni harus mampu menjawab tantangan zaman dengan menggabungkan kekuatan tradisi dan potensi teknologi. 

“Perguruan tinggi seni harus bisa menggabungkan kekuatan tradisi dengan potensi teknologi. Inovasi dalam tata kelola, kurikulum, dan kolaborasi adalah kunci agar lulusan kita tetap relevan di panggung global,” ujarnya dikutip dari Antara, Rabu (13/8).

Fauzan menekankan bahwa di tengah kemajuan kecerdasan buatan, institusi seni tidak cukup hanya menjaga mutu akademik. Mereka juga perlu berinovasi dalam manajemen kelembagaan dan pengembangan sumber daya. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mendukung transformasi ini.

“Presiden Prabowo dan Menteri Brian sangat menekankan diplomasi budaya dan seni Indonesia. Kita semua harus bergerak bersama agar transformasi ini membawa manfaat nyata bagi bangsa dan masyarakat,” tambahnya.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif menyumbang Rp1.300 triliun terhadap PDB nasional pada tahun 2023. Sub-sektor seperti seni rupa, seni pertunjukan, dan kerajinan tangan menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan tersebut. 

Di saat yang sama, transformasi digital membuka peluang baru bagi karya seni Indonesia untuk menjangkau pasar global secara lebih luas dan efisien.

Menanggapi hal tersebut, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Wayan Adnyana, menyatakan bahwa transformasi kelembagaan sangat penting untuk membangun ekosistem seni yang kompetitif. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, yang telah dilakukan ISI melalui kemitraan dengan pelaku industri kreatif dan pengembangan program internasional. 

“Kami ingin karya mahasiswa dan dosen tidak hanya dipamerkan secara lokal, tetapi juga menjadi bagian dari dialog seni global,” ujarnya.

ISI Denpasar telah menjalin kerja sama internasional, termasuk dengan institusi seni di Polandia, sebagai bagian dari upaya memperluas eksposur global. 

Menurut Adnyana, langkah ini penting agar seni Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga diakui sebagai bagian dari percakapan seni dunia. Kolaborasi semacam ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi budaya global.