Periskop.id - Hubungan asmara yang terjalin di tempat kerja ternyata memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kehidupan profesional pekerja, demikian temuan dari riset terbaru yang dirilis oleh SHRM, otoritas terpercaya dalam dunia kerja di Amerika Serikat (AS). Riset ini merinci prevalensi hubungan asmara di kantor, dampaknya, serta konsekuensi dari putus cinta di tempat kerja.
Mayoritas pekerja AS yang sedang menjalin hubungan asmara di tempat kerja melaporkan bahwa hubungan mereka memberikan dampak positif terhadap berbagai aspek profesional mereka.
Dampak positif tersebut mencakup:
- Suasana hati di tempat kerja (85%)
- Motivasi kerja (83%)
- Rasa memiliki di tempat kerja (83%)
- Komitmen terhadap organisasi (81%)
- Keseimbangan kerja-hidup (80%)
“Kita tahu bahwa pekerjaan memengaruhi kehidupan dan penghidupan kita, dan riset baru ini membuktikan bahwa para pekerja menemukan hubungan yang tulus di tempat kerja yang berujung pada hubungan jangka panjang,” ujar Johnny C. Taylor, Jr., Presiden dan CEO SHRM.
Meskipun data menunjukkan hasil yang positif, Johnny C. Taylor Jr. mengingatkan perusahaan untuk segera memiliki pedoman dan kebijakan yang jelas terkait hubungan di kantor. Kebijakan ini penting bukan untuk melarang, melainkan untuk melindungi karyawan dari isu etika dan hukum.
“Meskipun data menunjukkan hasil yang sangat positif, organisasi tetap harus memiliki pedoman dan kebijakan yang jelas, bukan untuk mengganggu hubungan tersebut, melainkan untuk melindungi karyawan dari favoritisme, balas dendam, dan insiden pelecehan seksual,” ujarnya.
Konsekuensi Putus Cinta dan Fenomena Work Spouse
Riset SHRM juga mengungkapkan beberapa temuan kunci terkait hubungan asmara yang berakhir dan fenomena ‘pasangan kerja’ (work spouse), di antaranya:
- Pascaputus: Dari pekerja AS yang pernah menjalin hubungan asmara di tempat kerja, sebanyak 62% tetap bekerja dengan mantan pasangan setelah hubungan berakhir, sementara 38% memilih tidak. Mirisnya, 1 dari 10 orang meninggalkan pekerjaan yang disukai hanya karena hubungan asmara di kantor berakhir. Di sisi lain, 22% bertahan di pekerjaan yang tidak disukai lebih lama dari biasanya demi hubungan tersebut. Namun, hampir tiga perempat (74%) merasa hubungan tersebut layak dijalani.
- Work Spouse dan Perasaan: Lebih dari sepertiga pekerja AS (34%) memiliki “work spouse,” yaitu rekan kerja yang memiliki kedekatan emosional platonik, yakni keterikatan emosional dan komunikasi yang mendalam antara dua orang tanpa unsur hasrat seksual. Dari kelompok ini, lebih dari 2 dari 5 (43%) sebenarnya memiliki perasaan romantis terhadap “work spouse” mereka, dan 45% merasa perlu menyembunyikan hubungan platonik ini dari pasangan romantis mereka.
Preferensi Pekerja Terhadap Kebijakan Perusahaan
Mayoritas pekerja AS (64%) tidak setuju jika organisasi memiliki kebijakan yang melarang total hubungan asmara di tempat kerja. Sebaliknya, 78% berpendapat bahwa organisasi sebaiknya memberikan pedoman bagi karyawan tentang cara menghadapi hubungan asmara di kantor.
Pekerja juga menilai bahwa hubungan asmara di kantor lebih dapat diterima antara pekerja pada level yang sama yang jarang atau tidak pernah bekerja bersama (58%).
Penerimaan menurun drastis pada situasi yang lebih rawan konflik kepentingan, yaitu:
- Hanya 27% yang menganggap dapat diterima hubungan antara pekerja dari level berbeda yang sering atau selalu bekerja bersama.
- Sebanyak 11% pekerja menyatakan hubungan asmara di tempat kerja tidak dapat diterima dalam kondisi apa pun.
Tinggalkan Komentar
Komentar