Periskop.id - Transisi menuju menopause ternyata juga melibatkan perubahan struktural yang signifikan pada otak, yang menjadi penyebab utama keluhan umum seperti mudah lupa atau brain fog pada wanita paruh baya.

Dilansir dari National Geographic, Selasa (28/10), sekitar 41% wanita mengeluhkan gangguan kognitif, brain fog, dan kesulitan menemukan kata-kata di masa transisi ini. Dr. Susan Shaw, seorang dokter kandungan dan ginekolog di Sacramento, California, yang menangani kasus ini, mengakui bahwa keluhan pasiennya kini semakin banyak beralih dari masalah hormonal ke masalah kognitif.

"Otak saya bekerja berbeda sekarang dibanding dulu,” kata Shaw.

Para peneliti kini semakin yakin bahwa gejala ini bukan hanya psikologis. Angélica Rodríguez, mahasiswa pascasarjana di Ponce Health Sciences University, Puerto Rico, memaparkan tinjauan penelitian dalam konferensi tahunan The Menopause Society di Orlando, Florida.

“Menopause bukan hanya proses hormonal, tapi juga proses transisi otak. Ada perubahan struktural yang benar-benar terjadi di otak,” ujar Rodríguez.

Penemuan Penyusutan Area Otak

Rodríguez meninjau lima studi besar yang diterbitkan antara tahun 2020 dan 2024. Salah satu studi yang dimuat dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan perubahan nyata pada otak wanita selama masa sebelum dan saat menopause, di antaranya:

  • Volume korteks otak, yakni bagian yang bertanggung jawab terhadap memori dan fungsi kognitif lainnya, dan jaringan putih (white matter) yang menghubungkan neuron mengalami penurunan.
  • Terjadi penurunan aliran darah ke otak.
  • Beberapa studi menemukan penyusutan di area hippocampus, bagian otak yang krusial dalam membentuk memori dan kemampuan navigasi ruang.

Rodríguez juga menyoroti bahwa kepadatan reseptor estrogen di otak meningkat saat menopause, kondisi yang ironisnya justru dikaitkan dengan penurunan fungsi memori.

Perdebatan Hormon atau Penuaan?

Salah satu pertanyaan besar yang dihadapi peneliti adalah apakah perubahan struktural otak ini disebabkan langsung oleh fluktuasi hormon menopause atau hanya proses penuaan alami.

Penelitian awal menemukan bahwa penurunan tersebut tidak terjadi pada pria seusia yang sama, yang mengarahkan dugaan pada peran hormon. Namun, studi lain yang dipresentasikan dalam konferensi menopause oleh Katrina Wugalter, kandidat doktor psikologi dari University of Illinois Chicago, menyanggah temuan tersebut.

“Berdasarkan penelitian kami, penurunan volume otak perempuan saat menopause adalah penurunan normal akibat usia, bukan karena menopause itu sendiri,” kata Wugalter.

Wugalter menilai perbedaan ini disebabkan penelitian sebelumnya berskala terlalu kecil. Untuk mendapatkan kepastian, para ilmuwan setuju diperlukan penelitian longitudinal yang memindai otak wanita yang sama selama bertahun-tahun melewati masa menopause.

Bukan Tanda Alzheimer dan Risiko Dini

Meskipun banyak wanita khawatir brain fog adalah tanda awal demensia, ahli saraf Emily Jacobs dari University of California menegaskan bahwa dalam kebanyakan kasus hal itu tidak terjadi.

“Gejala neurologis saat menopause umum terjadi dan bersifat sementara. Jarang sekali menandakan sesuatu yang serius,” kata Jacobs.

Namun, wanita yang mengalami menopause sebelum usia 40 tahun dikaitkan dengan risiko demensia 35% lebih tinggi, menurut studi besar UK Biobank. Kelompok lain yang berisiko adalah wanita dengan gejala vasomotor berat seperti hot flashes parah.

Peran Terapi Hormon dan Potensi Pemulihan

Hingga kini, belum ada uji klinis berskala besar yang membuktikan bahwa terapi hormon menopause (menopausal hormone therapy/MHT) dapat meningkatkan fungsi otak atau mencegah perubahan struktural. Pauline Maki, peneliti senior dari University of Illinois Chicago, menekankan bahwa MHT tidak seharusnya diresepkan khusus untuk tujuan kognitif.

Meskipun demikian, ada harapan bahwa perubahan otak ini bersifat sementara. Dalam studi Scientific Reports, peneliti menemukan bahwa kadar gray matter dan aliran darah kembali normal pada wanita pascamenopause, meskipun volume white matter tetap lebih rendah.

Adapun gray matter dan white matter adalah dua jenis jaringan utama dalam sistem saraf pusat yang memiliki fungsi berbeda. Gray matter terdiri dari badan sel neuron, berfungsi sebagai pusat pemrosesan informasi. Sementara itu, white matter terdiri dari akson yang dilindungi selubung lemak (mielin), berfungsi untuk menghubungkan area-area yang berbeda dan mentransmisikan sinyal saraf.

Meski begitu, masih banyak misteri yang belum terpecahkan. 

“Kita sudah banyak tahu tentang proses hormonal menopause, tetapi masih terlalu sedikit yang kita pahami tentang proses otak. Penting untuk menghubungkan keduanya agar kita memahami gambaran utuhnya,” tutup Rodríguez.