periskop.id - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) menjadi wajah terdepan industri energi di Indonesia. Namun, kualitas layanan dan keterawatan fasilitas antara SPBU Pertamina dan SPBU swasta seperti Shell, BP, atau Vivo kerap menjadi bahan perbandingan di mata konsumen.

Pertamina, sebagai BUMN energi, mengoperasikan lebih dari 7.000 SPBU di seluruh Indonesia. Skala besar ini menjadikannya tulang punggung distribusi BBM nasional, terutama untuk bahan bakar bersubsidi. Namun, luasnya jaringan juga membuat standar pelayanan sulit seragam di setiap titik.

Sebaliknya, SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo hadir dengan jumlah outlet yang jauh lebih sedikit, berkisar ratusan. Dengan skala yang lebih kecil, mereka mampu menjaga konsistensi layanan, kebersihan, dan kenyamanan fasilitas.

Model bisnis turut memengaruhi kualitas. Pertamina banyak mengandalkan skema waralaba dengan pengusaha lokal. Variasi modal dan komitmen pemilik membuat kualitas perawatan tidak selalu sama. Sementara itu, Shell dan BP menerapkan standar investasi lebih tinggi bagi mitra, dengan pengawasan ketat agar citra global tetap terjaga.

Beda Positioning

Dari sisi positioning, Pertamina menekankan keterjangkauan harga dan aksesibilitas. Produk seperti Pertalite dan Solar subsidi menjadi andalan.

Sebaliknya, SPBU swasta menjual BBM nonsubsidi dengan harga lebih tinggi, sehingga mereka menekankan pengalaman premium: toilet bersih, area tunggu nyaman, hingga minimarket modern.

Survei kepuasan konsumen yang dilakukan oleh beberapa media otomotif menunjukkan tren serupa. Pengendara menilai SPBU swasta unggul dalam kebersihan, keramahan petugas, dan kenyamanan fasilitas. Sementara Pertamina unggul dalam ketersediaan jaringan dan harga yang lebih terjangkau.

Faktor lain adalah volume transaksi. SPBU Pertamina melayani semua segmen, dari kendaraan pribadi hingga angkutan umum. Tingginya volume membuat fasilitas lebih cepat aus dan kotor. SPBU swasta, dengan volume lebih rendah, lebih mudah menjaga keterawatan.

Dari sisi produk, Shell menawarkan teknologi Dynaflex yang diklaim mampu membersihkan mesin, BP menghadirkan teknologi Active untuk mencegah kerak, sementara Vivo menekankan harga kompetitif dengan lini Revvo. Pertamina sendiri mengandalkan varian Pertamax Turbo dan Pertamina Dex untuk segmen premium.

Swasta Menjadi Motivasi

Meski begitu, Pertamina tidak tinggal diam. Melalui program SPBU Signature dan digitalisasi MyPertamina, perusahaan berupaya meningkatkan layanan, termasuk transaksi non-tunai dan program loyalitas pelanggan.

Kehadiran SPBU swasta juga mendorong persaingan sehat. Konsumen kini memiliki lebih banyak pilihan, baik dari sisi harga, kualitas BBM, maupun pengalaman layanan. Hal ini memaksa Pertamina untuk terus berbenah agar tidak tertinggal dalam aspek kenyamanan.

Namun, perlu dicatat bahwa SPBU swasta juga menghadapi tantangan. Pada pertengahan 2025, Shell, BP, dan Vivo sempat mengalami kelangkaan stok BBM akibat kuota impor yang habis. Akhirnya, mereka sepakat membeli base fuel dari Pertamina untuk menjaga pasokan tetap stabil.

Dengan demikian, perbedaan keterawatan SPBU bukan semata soal kepedulian, melainkan hasil dari skala operasi, model bisnis, dan strategi pasar. 

Pertamina menekankan distribusi luas dan harga terjangkau, sementara SPBU swasta menekankan pengalaman premium. Konsumen kini tinggal memilih sesuai kebutuhan: aksesibilitas atau kenyamanan.