Periskop.id - Sebuah penelitian besar yang terbit di jurnal Cognition and Emotion tahun 2025 menemukan bahwa rasa marah ternyata bisa memicu kreativitas. Temuan ini menantang pandangan lama bahwa amarah hanya membawa dampak negatif.

Dilansir dari PsyPost, studi berjudul “The Relationship between Anger and Creative Performance: a Three-Level Meta-Analysis” ini dilakukan oleh tim dari East China Normal University. Peneliti menganalisis 28 studi berbeda dengan total lebih dari 2.400 partisipan, untuk melihat bagaimana amarah bisa memengaruhi cara seseorang berpikir dan berkreasi.

Hasilnya menunjukkan, orang yang sedang marah cenderung menghasilkan ide yang lebih orisinal dibanding mereka yang sedang dalam suasana netral.

Menurut para peneliti, amarah adalah emosi yang berenergi tinggi, yang bisa membuat seseorang lebih gigih, fokus, dan berusaha keras mengatasi hambatan. Jadi, ini adalah sikap yang ternyata membantu proses berpikir kreatif.

Yang menarik, efeknya ternyata berbeda tergantung pada tujuan atau niat di balik kreativitas itu sendiri. Tim peneliti membedakan dua jenis kreativitas, yakni:

  1. Kreativitas umum, yaitu kemampuan menciptakan ide baru dan relevan.
  2. Kreativitas jahat, yaitu ide-ide orisinal yang digunakan untuk merugikan atau memanipulasi orang lain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan antara marah dan kreativitas jahat jauh lebih kuat dibandingkan dengan kreativitas biasa. Artinya, energi agresif dari kemarahan bisa dengan mudah berubah arah menjadi ide-ide yang destruktif jika tidak dikendalikan.

Menariknya lagi, cara rasa marah itu dibangkitkan juga berpengaruh. Dalam banyak eksperimen, emosi marah dipicu dengan berbagai cara, misalnya lewat menonton film, menerima kritik, atau mengingat pengalaman yang menyebalkan.

Dari semua metode itu, mengenang pengalaman pribadi yang bikin kesal justru paling kuat dalam memicu ide-ide kreatif.