periskop.id - Di balik gemerlap Kota Jakarta yang penuh peluang, ada sisi lain yang kerap tersembunyi, yaitu beban psikologis warganya. Tekanan hidup di ibu kota ternyata tidak ringan dan fakta menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental seperti depresi menjadi isu yang serius. Yuk, kita kupas fakta sebenarnya tentang depresi di Jakarta dan cara menanganinya!
Depresi di Jakarta: Angka dan Realitas
Meskipun ibu kota sering dipandang sebagai pusat dinamika dan kesempatan, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa 1,5% penduduk Jakarta dengan usia di atas 15 tahun mengalami depresi, angka ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu 1,4%.
Lebih jauh, data dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mengungkap bahwa risiko gejala depresi di Jakarta mencapai 9,3%, jauh lebih tinggi dibanding kemungkinan rata-rata nasional yang hanya sekitar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir satu dari sepuluh warga Jakarta menunjukkan potensi gejala depresi, sebuah sinyal kuat bahwa tekanan mental di kota ini tidak bisa diabaikan.
Salah satu hal paling menyedihkan adalah meski banyak yang mengalami tanda-tanda depresi, hanya 12,7% dari penderita yang akhirnya mencari pengobatan ke psikolog atau psikiater. Kurangnya kesadaran menjadi faktor besar, banyak orang tidak menyadari bahwa perasaan sedih atau kelelahan mental yang dialami adalah gejala depresi.
Ditambah lagi, stigma sosial yang masih kuat dapat memperparah masalah. Beberapa orang takut dipanggil Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) atau dicap kurang beriman karena mengalami masalah psikologis.
Stigma ini bukan sekadar kata-kata. Akibatnya, banyak yang menahan diri untuk bercerita atau mencari pertolongan, bahkan ketika gejalanya mulai semakin berat. Jika dibiarkan, depresi ringan bisa berkembang menjadi lebih parah, menimbulkan dampak jangka panjang bagi kualitas hidup seseorang.
Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya literasi kesehatan mental di masyarakat agar pandangan salah tentang “kelemahan mental” bisa berganti menjadi pemahaman dan empati.
Akses Gratis ke Layanan Psikolog
Saat ini, Jakarta sudah mempunyai upaya konkret untuk meredam krisis mental ini melalui JakCare (Jakarta Counseling and Assistance for Resilience and Empowerment). Layanan gratis ini tersedia 24 jam dan bisa diakses lewat aplikasi Jakarta Kini (JAKI) atau melalui telepon 0800-1500-119.
Saat seseorang menghubungi JakCare, mereka akan melakukan asesmen awal menggunakan instrumen JakCare Skrining (JCS) yang membagi hasil ke dalam empat warna:
- Hijau (sehat mental): bisa mendapat psikoedukasi.
- Kuning (risiko sedang hingga tinggi): sesi konsultasi dengan psikolog klinis via telepon.
- Merah (gawat darurat): langsung dihubungkan ke layanan krisis dan fasilitas kesehatan terdekat.
Sejak diluncurkan pada Mei 2025 hingga Oktober 2025, JakCare sudah melayani 1.279 panggilan, layanan ini juga dijalankan oleh tenaga kesehatan jiwa profesional yang siap dalam tiga sif sehari.
Menariknya, JakCare bukan hanya untuk curhat biasa. Ada mekanisme untuk mendeteksi kasus darurat seperti indikasi bunuh diri dan akan dirujuk langsung ke fasilitas kesehatan jika diperlukan.
Program ini juga menjadi bagian dari strategi pencegahan, bukan hanya menunggu kasus berat, tetapi memberi ruang aman untuk berbagi sebelum masalah mental memburuk. Dengan adanya JakCare, diharapkan beban psikologis warga Jakarta bisa lebih terjangkau dan ditangani lebih awal.
Membangun Jakarta yang Lebih Sehat Jiwa
Tekanan hidup di Jakarta memang nyata, mulai dari dari beban pekerjaan, biaya hidup, hingga tuntutan sosial. Namun, fakta depresi yang tinggi dan rendahnya akses ke layanan kesehatan mental menunjukkan bahwa kita tidak bisa pasif. Stigma sosial masih menjadi penghalang besar, tetapi layanan seperti JakCare membuka peluang perubahan.
Sekarang giliran kita sebagai masyarakat untuk lebih peka terhadap tanda-tanda depresi, mendukung orang-orang di sekitar untuk berbicara, dan memanfaatkan layanan seperti JakCare ketika dibutuhkan. Pemerintah sudah menyediakan jalan, tinggal bagaimana kita memilih untuk melangkah.
Tinggalkan Komentar
Komentar