periskop.id - Coba kita ingat sejenak, pasangan politikus mana yang kerap memancarkan keharmonisan di media sosial Anda? Banyak yang akan menyebut Ridwan Kamil (RK) dan Atalia Praratya. Pasangan yang akrab disapa Kang Emil dan Bu Cinta ini bukan sekadar pejabat, mereka telah lama menjadi simbol keluarga ideal bagi publik luas. Selama bertahun-tahun, citra harmonis mereka adalah salah satu modal politik yang paling berharga.
Citra ini menjadi semakin kuat karena ditopang oleh budaya digital. Survei Diginex bersama Inventure dan ivosights menunjukkan bahwa 79% responden Indonesia mengakui media sosial memengaruhi cara mereka memaknai kebahagiaan, dengan keharmonisan keluarga sebagai salah satu indikator utamanya.
Media sosial memengaruhi persepsi kebahagiaan karena menjadi cermin sosial yang menciptakan ekspektasi, perbandingan, dan kebutuhan validasi, sehingga banyak orang akhirnya mengaitkan kebahagiaan dengan tampilan dan penerimaan di platform digital.
Apa yang ditampilkan figur publik di ruang digital bukan sekadar konsumsi visual, melainkan membentuk persepsi kolektif tentang kehidupan ideal, termasuk keluarga politisi.
Namun kini, citra tersebut menghadapi ujian terbesar yang tak terhindarkan. Gugatan cerai yang diajukan Atalia membuat publik tercengang dan mempertanyakan kembali narasi "keluarga panutan" yang selama ini dibangun dengan begitu apik di ranah publik.
Pada hari ini, 15 Desember 2025, Pengadilan Agama (PA) Bandung memastikan bahwa Atalia resmi menggugat cerai RK. Perkara ini telah terdaftar dan memasuki tahapan awal persidangan, dengan sidang perdana dijadwalkan pada Rabu, 17 Desember 2025.
Keluarga Harmonis yang Tampak Tak Tergoyahkan
Sejak era RK menjabat Wali Kota Bandung (2013–2018) hingga kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat (2018–2023), pasangan ini dikenal sangat terbuka soal kehidupan keluarga mereka. Unggahan foto liburan, kegiatan sosial, maupun dukungan terhadap usaha lokal sering muncul di media sosial, membangun citra positif yang solid.
Citra yang terbangun bukan sekadar keharmonisan, tetapi juga sebagai lambang keluarga modern, religius, dan kompak. Citra ini diperkuat ketika pasangan ini melewati kesedihan atas wafatnya putra mereka, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril), pada 2022. Tragedi duka itu justru sempat membuat keduanya dipuji publik sebagai pasangan yang tegar dan saling menguatkan.
Fondasi citra yang dibangun bertahun-tahun ini kini menghadapi guncangan. Gugatan cerai ini menunjukkan bahwa di balik foto dan unggahan yang tampak sempurna, kehidupan nyata jauh lebih kompleks. Lantas, isu-isu apa yang diduga menjadi pemicu keretakan ini?
Hubungan Pihak Ketiga dan Tekanan Hukum
Gugatan cerai ini disinyalir tidak muncul dari ruang kosong. Beberapa isu yang mengemuka belakangan turut menjadi sorotan publik dan diduga memberi tekanan pada kehidupan rumah tangga mereka:
Isu Hubungan dengan Pihak Ketiga
Publik sempat terkejut oleh kabar tentang hubungan RK dengan selebgram Lisa Mariana. Selebgram tersebut mengklaim memiliki hubungan pribadi dengannya dan bahkan sempat mengklaim bahwa anaknya adalah hasil hubungan itu, meski klaim ini telah dibantah melalui tes deoxyribonucleic acid (DNA).
Keterangan RK menunjukkan adanya hubungan dan pemberian sejumlah uang kepada Lisa. Ia menjelaskan bahwa uang yang diberikan adalah uang pribadi dan dalam konteks pemerasan, bukan aliran dari dana publik atau korupsi. Pernyataan ini disampaikan usai dia diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Masuknya KPK dalam Sorotan Publik
Isu pribadi ini kemudian bersinggungan dengan tekanan hukum. RK juga disorot karena kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan iklan di Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB).
KPK sempat menggeledah tempat tinggalnya dan menyita sejumlah barang saat penyidikan kasus ini. Bahkan, pada 22 Agustus 2025, selebgram Lisa Mariana diperiksa KPK sebagai saksi dalam kasus BJB, termasuk didalami soal dugaan aliran dana antara dirinya dan RK.
Fakta bahwa figur sekelas RK harus menghadapi pemeriksaan KPK, sementara isu perselingkuhan mencuat, menciptakan tekanan publik ganda. Hal ini bukan hanya menguji integritasnya sebagai mantan pejabat, tetapi juga komitmennya sebagai kepala keluarga, yang menjadi titik rentan terbesar citra politiknya.
Gugatan cerai yang diajukan Atalia terhadap RK mengingatkan kita bahwa apa yang ditampilkan di media sosial bukanlah gambaran penuh dari realita kehidupan seseorang, termasuk figur publik sekalipun. Kisah ini mengajak kita memandang lebih dalam bahwa di balik simbol keluarga ideal yang terpampang di layar ponsel, ada kehidupan nyata yang penuh dinamika.
Tinggalkan Komentar
Komentar