periskop.id - Perusahaan taksi Vietnam, Green & Smart Mobility (GSM) atau dikenal sebagai Xanh SM, yang didirikan oleh miliarder Pham Nhat Vuong, tengah berambisi untuk menjadi operator transportasi terbesar di Asia Tenggara, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (25/8). Perusahaan ini kini bersaing dengan Grab secara ketat di pasar domestik dan telah memulai ekspansinya ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Menurut analis Bloomberg Intelligence, Nathan Naidu, langkah ini tidak akan mudah karena GSM harus bersaing dengan pemain lama di industri yang memiliki margin keuntungan tipis. Namun, GSM memiliki modal besar, strategi harga agresif, dan dukungan dari kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) VinFast Auto, yang juga didirikan oleh Vuong.
Vuong memanfaatkan layanan ride-hailing ini sebagai alat pemasaran global untuk merek kendaraan listriknya. Pada kuartal pertama tahun ini, layanan GSM menyumbang sekitar 21% dari total penjualan mobil VinFast.
Di Vietnam, Perusahaan taksi Vietnam bersaing dengan Grab yang menghasilkan pangsa pasar yang bervariasi. Berdasarkan data Mordor, pangsa pasar GSM pada kuartal pertama mencapai 40%, mengungguli Grab yang 32%. Namun, survei lain dari Rakuten Insight justru menunjukkan dominasi Grab dengan 55%, dibandingkan 35% untuk GSM.
Ekspansi GSM ke luar negeri dimulai dengan masuk ke Laos, Indonesia, dan Filipina. Di Indonesia, GSM menargetkan 10.000 taksi listrik berwarna cyan dapat beroperasi hingga akhir tahun. Kehadiran ini akan menantang dominasi Gojek, Grab, dan Blue Bird.
Menurut analis Maybank Securities, jika armada GSM di Indonesia mencapai 16.000 unit pada 2026, mereka bisa merebut 6% pangsa pasar. Hal ini berpotensi menekan penjualan layanan Grab dan Gojek. CEO GoTo, Patrick Sugito Walujo, pada Januari lalu menyebut GSM sebagai pesaing serius. CEO Blue Bird, Adrianto Djokosoetono, bahkan menganggap GSM sebagai "pemicu inovasi" bagi perusahaannya.
Namun menurut Nathan, meskipun Xanh SM bersaing dengan Grab, ukuran armada GSM yang masih jauh lebih kecil dari jutaan kendaraan milik Grab dan Gojek, membuat ekspansi Vuong ke Indonesia belum menjadi ancaman besar. Ekspansi GoTo ke Thailand dan Vietnam yang berakhir dengan efisiensi juga menunjukkan sulitnya persaingan di pasar baru.
Tinggalkan Komentar
Komentar