Periskop.id - Pengelola Investasi (BPI) Danantara buka suara mengenai perkembangan pesanan pesawat baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Pesawat baru yang dibeli dari produsen asal Amerika Serikat, Boeing,  itu akan tiba paling cepat tujuh tahun lagi, yakni pada 2032. 

‎"Nah problemnya justru kita mau beli, mau invest pesawat baru. Delivery pertamanya 7 tahun dari sekarang, paling cepat. Antre, beli pesawat lagi antre, " kata Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara, Rohan Hafas di Wisma Danantara, dikutip Sabtu (1/11). 

‎Rohan menjelaskan, proses pemesanan pesawat baru dihadapkan pada sejumlah tantangan, mulai dari tingginya permintaan global, hingga negosiasi tarif impor resiprokal antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya, termasuk dengan Airbus.

‎"Iya, kan sudah dikontrak waktu restrukturisasi, kita harus beli dari Boeing. Tapi either Boeing atau Airbus dua-duanya 7 tahunan," terangnya. 

‎Kendati begitu, Rohan mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia saat ini masih berupaya melunasi kewajiban kepada lessor. Pada awalnya, pembayaran tersebut dibantu oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), namun setelah terbentuknya Danantara Indonesia, mekanisme pembayaran dialihkan.

‎Ia menuturkan, setelah proses restrukturisasi, Garuda kehilangan sejumlah pesawat karena banyak yang dilepas. 

‎Jumlah armada yang tersisa dinilai cukup untuk operasional, tetapi belum memadai untuk menutupi kewajiban utang, sehingga kebutuhan tambahan sempat dimasukkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 

‎"Setelah ada Danantara itu kan tidak nyetor lagi dong (Kemenkeu), Danantara harus nyetor. Kalau enggak nyetor pesawat itu nggak boleh terbang," tutupnya.