periskop.id - Harga emas dunia diperkirakan bergerak fluktuatif pada pekan ini, dipengaruhi oleh dinamika politik di Amerika Serikat serta situasi geopolitik global. Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi memproyeksikan, emas dunia berpotensi mencapai level Rp4.243.000 per gram, dan Rp2.438.000 untuk logam mulia.
“jika mengalami kenaikan pada Senin (17/11), resistance pertama emas berada pada Rp4.166.000 dan logam mulia di Rp2.378.000. Sementara jika turun, support pertama diprediksi di Rp3.996.000 dan Rp2.338.000 untuk logam mulia,” kata Ibrahim, Senin (17/11).
Adapun harga emas dunia pada penutupan Sabtu berada di level Rp4.084.000, sementara logam mulia menduduki posisi Rp2.353.000. Untuk outlook pekan ini, Ibrahim menilai masih ada potensi perubahan harga, memperhatikam perkembangan global.
“Kalau seandainya naik dalam satu Minggu di resisten kedua itu di Rp4.243.000 itu harga mas dunianya dan logam mulianya itu di Rp2.438.000,” sebut Ibrahim.
Menurutnya, mencapai level Rp2.450.000 tampak berat dan akan dikaji ulang jika terjadi volatilitas signifikan, terutama setelah rilis data ekonomi pada pertengahan pekan. Ibrahim menyebut dua faktor utama yang menekan harga emas global akhir pekan lalu.
Pertama, Rancangan Undang-Undang pendanaan yang disahkan Presiden Donald Trump baru berlaku Senin depan. Kedua, data ekonomi penting seperti pengangguran dan inflasi Amerika Serikat yang tertunda akibat liburnya pemerintahan federal
“Liburnya pemerintahan Amerika itu berarti bukan lagi 44 ya, tapi 45 itu mencapai libur terbesar,” tambahnya.
Faktor lain berasal dari pernyataan sejumlah pejabat Bank Sentral AS, termasuk Neel Kashkari dan Alberto Musalem, terkait ketidakpastian pemotongan suku bunga pada Desember mendatang. Menurut Ibrahim, para pejabat bank sentral masih menunggu data ekonomi resmi sebagai dasar kebijakan moneter.
“Ekspetasi ya di apa para ekonom di Amerika 50 persen ya para ekonom mendukung tentang penurunan suku bunga di bulan Desember,” ujarnya.
Selain faktor domestik AS, ketegangan geopolitik juga ikut menopang harga emas. Penyitaan kapal tanker milik AS oleh Garda Revolusi Iran serta intensifikasi serangan antara Rusia dan Ukraina kembali memanaskan situasi global.
“Ini yang membuat kemungkinan besar akan memanasan situasi di Timur Tengah pasca penyitaan kapal tanker Amerika Serikat di Teluk oleh Iran,” kata Ibrahim.
Pasokan logam mulia juga menjadi sorotan, terutama akibat terganggunya suplai dari Pripot yang baru akan beroperasi kembali pada April 2026. Kondisi ini akan menopang harga logam mulia di tengah tingginya permintaan.
Dengan kombinasi faktor-faktor global seperti perang dagang, kebijakan moneter AS, dan kondisi pasokan komoditas, harga emas diperkirakan masih akan cenderung menguat dalam jangka menengah. Ibrahim pun menutup ulasannya dengan mengingatkan bahwa pembaruan prediksi akan dilakukan jika terjadi perubahan signifikan pada pertengahan minggu.
Tinggalkan Komentar
Komentar