periskop.id - Pemerintah berencana memberangkatkan 500 ribu tenaga kerja Indonesia (TKI) ke berbagai negara mulai 2026. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menegaskan bahwa urusan penempatan pekerja migran kini tidak lagi menjadi tugas utama kementerian tersebut.

Biro Humas Kemnaker, Andri Hermawan, saat dihubungi periskop.id pada Jumat (14/11), menjelaskan bahwa kewenangan itu telah beralih.
“Dulu memang tugas kami, tetapi sekarang sudah menjadi tugas PM2I,” ujar Andri.

Meski begitu, Kemnaker tetap memprioritaskan peningkatan kompetensi calon pekerja. Penyiapan dan perlindungan pekerja migran akan ditangani oleh PM2I.

Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, menyebut tiga negara yang menjadi tujuan utama penempatan tenaga kerja, yakni Jepang, Jerman, dan Turki. Turki membuka kuota 30 ribu pekerja, sementara Jerman menyediakan hingga 400 ribu lowongan bagi tenaga asing.

“Jika suplai tenaga kerja sesuai kebutuhan, kuota 30 ribu untuk tahun ini bisa dipenuhi,” kata Christina usai rapat tingkat menteri di Kemenko PMK, Jumat (14/11).

Christina menambahkan, target pengiriman 500 ribu pekerja merupakan program jangka pendek Presiden Prabowo Subianto untuk merespons bonus demografi dan tingginya angka pengangguran. Dari total tersebut, 200 ribu berasal dari masyarakat umum, sementara 300 ribu lainnya disiapkan dari lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK).

“Lulusan yang sudah siap tinggal diberikan pelatihan tambahan, baik teknis maupun bahasa, sebelum diberangkatkan,” ujarnya.

Untuk mempercepat penyiapan tenaga kerja, pemerintah mengalokasikan anggaran sekitar Rp8 triliun bagi pelatihan 500 ribu calon pekerja. Mereka diproyeksikan mengisi kebutuhan sektor juru las (welder), perawatan (caregiver), hospitality, dan bidang terampil lainnya.

Christina menyampaikan bahwa pemerintah telah menjalin koordinasi dengan berbagai lembaga pendidikan vokasi, termasuk sekolah dan Poltekkes, guna menjaring calon pekerja yang memenuhi kualifikasi. 

“Kami sudah berkomunikasi dengan sekolah-sekolah dan lembaga vokasi yang dapat menyuplai caregiver yang siap dikirim,” pungkasnya.