periskop.id - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengumumkan bahwa BPI Danantara akan melakukan investasi pada proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase I dan II yang berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat.

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menyampaikan bahwa Danantara telah mengirimkan Letter of Intent (LOI) sebagai tanda minat untuk bergabung dalam proyek tersebut. Saat ini, perusahaan investasi itu masih menjalani proses due diligence sebelum finalisasi kerja sama.

"Nanti rencananya kita ada diskusi dengan Danantara, dan Danantara akan masuk ke dalam SGAR I dan SGAR II untuk investasi di alumina. Kita sudah mulai diskusi. Jadi LOI-nya dari Danantara sudah kita terima Pak, ini dalam proses due diligence," ujar Melati dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (20/11).

Melati menambahkan, pembangunan SGAR fase I telah rampung 98,56%, dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun. Kepemilikan sahamnya terbagi 60% untuk Inalum dan 40% untuk Antam. Fasilitas ini ditargetkan mulai beroperasi secara komersial (COD) pada 2025.

Sementara itu, SGAR fase II direncanakan mulai beroperasi pada 2028. Tahapan BFS dan FID akan dilakukan pada 2025, dilanjutkan konstruksi EPC dari 2026 hingga 2028, dengan kapasitas produksi diproyeksikan antara 1 hingga 2 juta ton alumina per tahun.

Melati menegaskan bahwa proyek SGAR merupakan bagian dari strategi hilirisasi dan ekspansi kapasitas produksi Inalum. Selain itu, perusahaan juga tengah membangun smelter aluminium kedua dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun.

"Ini memerlukan listrik sekitar 932 MW dengan harapan kami tentunya Kita bisa memiliki install capacity sekitar 1,2 giga watt," tambah Melati.

Ia juga menyinggung proyek peningkatan kapasitas lainnya, yakni New Potline 4 dan upgrading dari sistem eksisting 1 dan 3, yang ditargetkan berjalan antara 2029 hingga 2031 untuk proses optimalisasi produksi.

Dengan masuknya Danantara, Inalum berharap percepatan proyek ini dapat mendukung hilirisasi aluminium nasional, memperkuat rantai pasok, dan meningkatkan kapasitas produksi yang berkelanjutan di Kalimantan Barat.