periskop.id - Kementerian Perindustrian RI terus memperkuat fondasi industri otomotif sebagai sektor penggerak utama perekonomian nasional dengan meningkatkan daya saing dan memperluas pasarnya melalui berbagai program strategis, salah satunya mendukung kegiatan pameran otomotif GJAW 2025, yang berperan penting dalam mempromosikan produk otomotif dalam negeri.
"GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) menjadi wadah strategis untuk menampilkan inovasi industri otomotif nasional, termasuk perluasan penggunaan kendaraan rendah emisi. Kami berharap gelaran ini tidak hanya memperkuat daya saing, tetapi juga menarik investasi baru di sektor otomotif,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta mewakili Menteri Perindustrian saat membuka GJAW 2025 di ICE BSD, Tangerang, dikutip Senin (24/11).
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) mencatat pertumbuhan 5,58% secara tahunan pada kuartal III 2025, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,04%.
IPNM juga menjadi kontributor terbesar terhadap sumber pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan 1,04%. Selain itu, kontribusinya terhadap PDB naik menjadi 17,39% dari 16,92% pada kuartal sebelumnya.
Kemudian, laporan Manufacturing Value Added (MVA) dari World Bank menempatkan Indonesia pada posisi ke-13 dunia dan pertama di ASEAN, dengan nilai MVA tahun 2024 mencapai USD 265,07 miliar.
Angka ini jauh di atas rata-rata global USD 78,73 miliar, menempatkan Indonesia sejajar dengan negara industri besar seperti Inggris, Rusia, dan Prancis.
Setia mengungkapkan bahwa laju industri otomotif menjadi salah satu faktor utama yang menggerakkan pertumbuhan manufaktur. Terlihat pada kuartal III 2025, kontribusinya terhadap PDB nasional tercatat sebesar 1,28%. Saat ini, Indonesia menampung 39 pabrikan kendaraan roda empat dengan kapasitas 2,39 juta unit per tahun dan 82 pabrikan roda dua dan tiga dengan kapasitas produksi 11,2 juta unit per tahun.
Selanjutnya, pada periode Januari–September 2025, produksi kendaraan roda empat mencapai 0,85 juta unit, dengan ekspor Completely Built Up (CBU) sebesar 0,38 juta unit atau hampir 45% dari total produksi. Untuk roda dua dan tiga, produksi mencapai 5,25 juta unit dengan ekspor CBU sebesar 0,41 juta unit.
Setia juga mengungkapkan bahwa industri otomotif Tanah Air, baik kendaraan roda empat maupun roda dua, memiliki ruang pertumbuhan pasar yang sangat besar. Data Vehicles in Use 2024 dari OICA menunjukkan tingkat kepemilikan mobil (Car Ownership Ratio/COR) Indonesia baru mencapai 99 per 1.000 penduduk.
"Angka tersebut masih jauh di bawah Malaysia dengan COR sebesar 490, Thailand sebesar 275, dan Singapura sebanyak 211," ungkap Setia.
Adapun total investasi untuk bus listrik, mobil listrik, serta kendaraan listrik roda dua dan tiga telah menyentuh Rp5,76 triliun. Industri dalam negeri kini mampu memproduksi 4.100 unit bus listrik, 110.660 unit mobil listrik, dan 2,51 juta unit kendaraan roda dua dan tiga listrik setiap tahun.
Sejak 2022 hingga September 2025, sektor LCEV mencatat produksi 878 ribu unit, didukung 274 industri komponen lokal dan menyerap tenaga kerja sebanyak 182.348 orang.
"Kami optimis pertumbuhan industri kendaraan listrik nasional akan semakin signifikan," ujar Setia.
Tinggalkan Komentar
Komentar