periskop.id - Seringkah kita bertanya seberapa banyak langkah yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh tetap sehat? Studi terbaru yang dipublikasikan di The Lancet memberikan kabar baik bagi mereka yang merasa terbebani dengan target 10.000 langkah per hari.
Penelitian tersebut menemukan bahwa hanya dengan mencapai 7.000 langkah harian, seseorang sudah bisa memperoleh berbagai manfaat kesehatan signifikan, termasuk penurunan risiko penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung.
Menurut penulis utama studi, Melody Ding, Ph.D., profesor kesehatan masyarakat di Charles Perkins Centre, Universitas Sydney, peningkatan jumlah langkah dari tingkat aktivitas rendah, misalnya hanya 2.000 langkah per hari hingga 7.000 langkah dapat mengurangi risiko berbagai gangguan kesehatan.
“Setiap peningkatan jumlah langkah, bahkan yang kecil seperti 4.000 langkah, memberikan manfaat kesehatan dibandingkan dengan tingkat aktivitas yang sangat rendah,” kata Ding dikutip dari TODAY.com.
Ia menambahkan, meskipun lebih dari 7.000 langkah tetap memberi manfaat, laju peningkatannya menjadi lebih lambat.
“Jika Anda sudah sangat aktif dan konsisten mencapai lebih dari 10.000 langkah, lanjutkan saja. Tidak ada alasan untuk menguranginya,” jelasnya.
Ding dan timnya berharap target yang lebih realistis ini bisa memotivasi masyarakat yang sebelumnya enggan bergerak karena angka 10.000 langkah terasa berat.
“Dengan menekankan kemajuan bertahap dan membawa target lebih dekat ke jangkauan, kami ingin memicu perubahan gaya hidup yang berkelanjutan,” ujarnya.
Untuk keperluan studi, para peneliti meninjau data dari 31 studi yang mencatat langkah harian peserta secara aktual, mencakup total 160.000 partisipan. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa dibandingkan dengan 2.000 langkah per hari, mencapai 7.000 langkah berhubungan dengan penurunan risiko kematian sebesar 47%, risiko penyakit kardiovaskular sebesar 25%, dan kematian akibat kanker sebesar 37%.
Selain itu, peningkatan aktivitas hingga 7.000 langkah juga terkait dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 sebesar 14%, demensia 38%, gejala depresi 22%, serta risiko jatuh sebanyak 28%. Menariknya, aktivitas tersebut tidak harus berupa olahraga formal, melainkan bisa didapatkan dari aktivitas sehari-hari seperti naik tangga atau turun di halte lebih awal.
“Gerakan sehari-hari itu dihitung. Bukan harus latihan khusus, yang penting ada akumulasi aktivitas,” jelas Ding.
Dokter Paul Leis, seorang ahli jantung dari Mount Sinai Fuster Heart Hospital, turut mendukung hasil studi tersebut.
Ia juga menyinggung kesalahpahaman umum yang membuat orang merasa tidak ada gunanya berjalan jika tidak mencapai 10.000 langkah.
“Padahal tidak ada yang ajaib dari angka 10.000 dibandingkan 7.000 atau 8.000,” tambahnya.
Hasil paling menarik justru muncul ketika peserta menaikkan langkah dari 2.000 ke 4.000—peningkatan yang ternyata memberi dampak kesehatan lebih signifikan dibandingkan kenaikan dari 7.000 ke 10.000 langkah. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kecil bisa menghasilkan dampak besar.
Keith Diaz, ahli fisiologi olahraga dari Columbia University, menegaskan bahwa studi ini merupakan salah satu jawaban paling komprehensif soal jumlah langkah ideal.
“Mereka meninjau setiap studi yang mengukur langkah secara ketat untuk menetapkan ambang batas yang masuk akal,” jelas Diaz.
Diaz menyimpulkan bahwa pesan utama dari studi ini jelas: setiap langkah tambahan tetap berarti. Kabar baiknya adalah, bagi orang yang belum bisa mencapai 10.000 atau bahkan 7.000 langkah, hanya dengan berjalan 4.000 pun sudah bisa menurunkan risiko penyakit.
Tinggalkan Komentar
Komentar