periskop.id - Harga minyak dunia turun pada Rabu (Kamis waktu Jakarta), setelah Amerika Serikat (AS) kembali mendorong penyelesaian perang Rusia-Ukraina dengan menyusun kerangka kerja untuk itu.

Melansir Reuters, Kamis (20/11), kontrak berjangka (futures) untuk minyak mentah Brent turun $1,38 atau 2,1% menjadi $63,51 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun $1,30 atau 2,1% menjadi $59,44 per barel.

AS memberi sinyal kepada Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, bahwa negaranya harus menerima kerangka kerja yang disusun AS untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Rencana itu mengusulkan Kyiv menyerahkan sebagian wilayah dan beberapa persenjataan, menurut dua sumber yang berbicara kepada Reuters.

Zelenskiy menekankan bahwa kepemimpinan AS harus tetap efektif untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 3,5 tahun. Presiden Ukraina itu menambahkan bahwa rekannya dari Turki, Tayyip Erdogan, telah mengusulkan format pembicaraan yang berbeda.

Para analis mengatakan, berakhirnya perang di Ukraina bisa membuka jalan bagi meningkatnya aliran minyak Rusia, yang menambah kekhawatiran soal pasokan berlebih.

“Dengan banyaknya minyak di laut, dalam penyimpanan terapung, dan yang terkena sanksi, harga kemungkinan akan turun ke level $50-an, karena semua minyak Rusia yang terkena sanksi kemungkinan akan masuk ke pasar,” ujar Scott Shelton, spesialis energi di TP ICAP Group.

Bulan lalu, AS mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, dengan batas waktu 21 November bagi perusahaan untuk menghentikan bisnis dengan perusahaan minyak besar Rusia. Sanksi ini telah mengurangi pendapatan minyak Moskow dan kemungkinan akan membatasi jumlah minyak yang bisa dijual dalam jangka panjang, menurut Departemen Keuangan AS pada Senin (18/11).

“Ada tekanan maksimal saat ini menjelang tenggat hari Jumat,” kata Janiv Shah, analis minyak di Rystad Energy, menambahkan bahwa penurunan premi risiko geopolitik membuat investor lebih fokus pada fundamental pasar yang lemah.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, membantah bahwa sanksi merugikan produksi minyak, dan mengatakan Rusia akan mencapai kuota produksi OPEC+ pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

Harga minyak juga didukung laporan U.S. Energy Information Administration (EIA) yang mencatat penurunan stok minyak mentah AS lebih besar dari perkiraan pekan lalu akibat peningkatan kegiatan kilang dan ekspor.

Namun, pasar minyak sedang mengalami “headline fatigue” terkait berita Rusia-Ukraina, sehingga kemungkinan akan bergerak terbatas dalam jangka pendek sambil menunggu kesepakatan tegas untuk mengakhiri perang, kata Ed Hayden-Briffett, analis minyak di Onyx Capital Group.