periskop.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara terkait rencana pembelian minyak dari Amerika Serikat (AS) oleh PT Pertamina tanpa melalui proses lelang. Ia menegaskan bahwa langkah tersebut bukan kebijakan sepihak, melainkan bagian dari strategi ekonomi yang terencana.
Airlangga menjelaskan, rencana pembelian minyak itu sudah termasuk bagian dari paket kerja sama dagang dalam skema tarif resiprokal dengan AS. Rencana tersebut saat ini masih dalam fase negosiasi final dan melibatkan pembahasan intensif antara kedua negara.
"Jadi bagian daripada resiprokal tarif, kita masih dalam negosiasi," kata Airlangga kepada media, Jakarta, ditulis Selasa (18/11).
Apabila kesepakatan ini disetujui, maka nantinya pemerintah akan menerbitkan regulasi berupa Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Presiden (Perpres). Termasuk salah satunya mengenai mekanisme komersial pembelian migas dari AS yang nantinya menjadi salah satu tugas Pertamina.
"Apabila itu sampai kepada kesepakatan untuk ditindaklanjuti, ada turunan-turunan PP maupun Perpres, salah satunya terkait dengan komersial pembelian migas dari Amerika, di mana itu nanti penugasannya salah satunya ke Pertamina," terang dia.
Adapun volume pembelian minyak dan gas (migas), Airlangga bilang sekitar 15 juta barel. Selain itu, ia menuturkan beberapa perusahaan swasta telah menyatakan kesiapan untuk melakukan impor hingga 5 juta ton LPG.
Salah satu pihak yang telah menyatakan kesiapan yakni Pabrik New Ethylene Project milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon. Pabrik ini diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
"Swasta kemarin yang juga mengatakan mereka bisa impor 5 juta ton LPG, salah satunya adalah yang baru diresmikan Bapak Presiden. Jadi itu salah satu alternatif juga. Ya itu artinya dibuka juga kepada pihak lain yang rencana membeli LPG dari Amerika," terang Airlangga.
Tinggalkan Komentar
Komentar