periskop.id -Sinking City Project bersama Resilience Development Initiative (RDI), King’s College London (KCL), Institut Teknologi Bandung (ITB), Urun Daya Kota, dan Sobat Air Jakarta menyelenggarakan rangkaian Hack4Resilient Jakarta: Reimagining Urban Futures.

Acara yang didukung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta ini merupakan sebuah inisiatif kolaboratif untuk menghadirkan solusi inovatif menghadapi tantangan perkotaan.

Dalam sambutannya, Rektor ITB Prof. Tatacipta Dirgantara memandang Jakarta sebagai megacity dengan tantangan kompleks yang membutuhkan kolaborasi lintas sektor. 

Ia menilai Hack4Resilient Jakarta sebagai wadah penting untuk inovasi, di mana keterlibatan generasi muda mencerminkan komitmen mereka untuk menjadikan Jakarta kota yang tangguh dan nyaman.

“Semoga ide-ide cerdas yang lahir dari hackathon ini dapat diimplementasikan menjadi kebijakan nyata bagi masa depan Jakarta,” ujar Prof. Tatacipta saat membuka acara di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta, Kamis (21/8).

Dosen King's College London dalam bidang Risiko, Lingkungan, dan Masyarakat, Dr. Emma Colven menyatakan bahwa proyek pemenang harus mampu menggabungkan inovasi teknologi dengan solusi yang membumi. 

Menurutnya, karya yang paling menonjol adalah yang mampu menunjukkan pemahaman mendalam terhadap komunitas dan kondisi nyata di lapangan. 

Ia juga menyoroti peran penting hackathon sebagai jembatan yang menghubungkan para inovator muda, seperti mahasiswa, dengan pemerintah dan LSM untuk memajukan ide-ide mereka.

"Kesempatan bagi orang-orang untuk terhubung dari LSM, pemerintah, mahasiswa, dan para profesional yang bekerja sangatlah menarik," ucapnya.

Sementara itu, Dosen King’s College London dalam bidang Data Sains Geografis, Dr. Zahratu Shabrina menilai ajang ini penting untuk menunjukkan bagaimana data dapat digunakan dalam perencanaan kebijakan yang terukur.

Ia menjelaskan bahwa banyak ide yang muncul tidak hanya inovatif, tetapi juga realistis dan "grounded" sehingga berpeluang besar untuk dikembangkan demi menjawab tantangan kota Jakarta.“Setelah melihat hasil-hasil dari hackathon, saya cukup terkejut dengan inovasi-inovasi yang dibuat para peserta. Banyak yang feasible dan berpotensi menjadi solusi nyata bagi permasalahan kota ke depan,” ujar Zara.

Wakil Kepala Bappeda DKI Jakarta Deftrianov mengapresiasi hackathon ini dan menyatakan bahwa Pemprov DKI telah menjadikan riset sebagai tulang punggung untuk memecahkan masalah perkotaan.

Menurutnya, inovasi dari para peserta muda sangat penting untuk mendukung kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy), bukan sekadar intuisi. 

Ia pun menegaskan komitmen Pemprov DKI Jakarta untuk terus mengembangkan ekosistem riset dan inovasi demi kota yang berkelanjutan.

"Saya sangat mengapresiasi karya teman-teman dan ini harus terus dilanjutkan. Tetap semangat, Jakarta menyambut baik apa yang kalian lakukan untuk kita kembangkan dan kerjasamakan ke depannya," ujarnya.

Salah satu agenda utama Hack4Resilient Jakarta: Reimagining Urban Futures adalah hackathon bertema “Sinking City, Rising City: a Multidimensional Perspective”.

Karya peserta hackathon menampilkan beragam ide kreatif, mulai dari peta interaktif wilayah terdampak banjir, simulasi berbasis AI, infografis, hingga video kreatif yang mengangkat isu penurunan muka tanah, banjir rob, dan urbanisasi di Jakarta.

Hack4Resilient Jakarta merupakan bagian dari Jakarta Innovation Days (JID) 2025, sebuah acara tahunan yang diselenggarakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Acara JID ke-4 ini akan diadakan pada pekan ketiga Oktober 2025 di Kawasan Dukuh Atas dan akan menjadi ajang kolaborasi pentahelix (pemerintah, akademisi, swasta, komunitas, dan media) untuk menampilkan inovasi dalam membangun Jakarta menuju kota global yang berkelanjutan.

Inisiatif RiverSense: Repurposing E-Waste for Hyper-Local Flood Resilience berhasil menjadi juara pertama dengan inovasinya mengubah limbah elektronik seperti ponsel bekas menjadi sistem peringatan dini banjir berbiaya rendah bagi komunitas tepi sungai. 

Sementara itu, penghargaan lainnya diberikan kepada inisiatif "Unearthing Jakarta’s Risk-Scape" sebagai juara kedua, yang mengembangkan dasbor interaktif untuk memetakan risiko lingkungan. Juara ketiga diraih oleh "Jalur Air Sosial" dengan idenya berupa toolkit desain untuk gang kampung agar lebih tahan banjir. Terakhir, penghargaan People's Choice jatuh kepada Inisiatif “Mapping for Sponge Cities”, yang menyusun strategi penggunaan paving berpori untuk mengurangi limpasan air hujan, sekaligus meningkatkan absorbsi air ke dalam tanah.