periskop.id - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta melaporkan total 699.915 orang berkunjung ke perpustakaan sepanjang 2025, meningkat hampir 19% dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 588.451 orang. Angka ini menandai tren positif minat masyarakat terhadap ruang literasi di ibu kota.

“Jumlah pengunjung perpustakaan sepanjang tahun 2025 mencapai 699.915 orang,” ujar Kepala Satuan Pelaksana Layanan Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin, Riska Damastika Ayuningtyas dikutip dari Antara, Senin (15/12). 

Ia menegaskan bahwa peningkatan ini merupakan hasil dari berbagai program inovatif yang digulirkan sepanjang tahun.

Selain kunjungan fisik, partisipasi masyarakat dalam kegiatan literasi juga meningkat. Sepanjang 2025, tercatat 133.213 orang mengikuti kegiatan literasi, naik dari 109.347 orang pada 2024. Layanan perpustakaan keliling pun menjangkau lebih banyak warga, dengan 915.366 penerima layanan, dibandingkan 728.307 orang tahun sebelumnya.

Dispusip DKI menghadirkan sejumlah program kreatif untuk menarik minat masyarakat. Salah satunya adalah Night at The Library, yang memberi pengalaman unik menikmati suasana perpustakaan di malam hari. Program ini terbukti efektif, karena pada Mei 2025 jumlah pengunjung melonjak hingga 53% setelah jam operasional diperpanjang hingga pukul 22.00 WIB.

Tak hanya itu, ruang kreatif seperti Karya Raya untuk anak-anak, serta Senara (Senandung Aksara) yang memadukan musik dan literasi, menjadi daya tarik baru. Penganugerahan Piala HB Jassin juga memperkuat posisi perpustakaan sebagai pusat kegiatan sastra bergengsi di Jakarta.

“Seluruh upaya ini dihadirkan untuk memperkuat budaya literasi dan menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik yang kreatif, inklusif, dan selalu relevan bagi masyarakat,” kata Riska. 

Fasilitas perpustakaan pun terus diperbarui. Dispusip DKI melakukan peremajaan ruang baca, menyediakan area ramah anak dan disabilitas, serta menciptakan ruang publik kreatif yang dapat menampung berbagai aktivitas masyarakat. Langkah ini sejalan dengan tren global, di mana perpustakaan modern berfungsi sebagai pusat komunitas.

Kolaborasi juga diperluas dengan komunitas literasi, lembaga pendidikan, kedutaan, dan mitra strategis lainnya. 

Menurut riset UNESCO, tingkat literasi masyarakat urban dapat meningkat hingga 25% bila didukung oleh ruang publik yang inklusif dan program literasi berkelanjutan. Hal ini menunjukkan pentingnya peran perpustakaan sebagai katalis budaya baca.

Riska berharap, dengan fasilitas modern dan program adaptif, Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin mampu menjawab kebutuhan masyarakat urban sekaligus menarik generasi muda. 

“Upaya ini juga diarahkan untuk mendorong peningkatan signifikan jumlah pengunjung, baik secara fisik maupun digital,” pungkasnya.