periskop.id - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) mengungkapkan bahwa gelombang aksi mahasiswa sepanjang bulan Agustus lalu dipicu oleh tragedi kemanusiaan yang menimpa seorang mahasiswa dan seorang pengemudi ojek online (ojol). 

Menurut Ketua BEM UI Agus Setiawan, gerakan turun ke jalan adalah respons atas kabar meninggalnya pengemudi ojol bernama Affan Kurniawan akibat tindakan represif yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan.

"Ketika kami mendapatkan kabar, bahwa seorang kawan kami yang mendapatkan representasi daripada aparat. Kala itu Affan Kurniawan menjadi korban meninggalnya dari aparat penegak hukum yang seakan-akan sengaja. Dan inilah yang memantik rasa kemanusiaan kami untuk berhadir di jalanan," ungkap Agus dalam dalam diskusi di kantor DPR, Jakarta, Rabu (3/9).

Agus memaparkan bahwa kesedihan mendalam atas kondisi bangsa mendorongnya melakukan refleksi, yang ia tuangkan dalam tajuk "Memufakatkan Demokrasi, Menegakkan Supremasi Sipil". 

Ia menegaskan bahwa kehadiran mahasiswa di jalanan adalah bentuk kecintaan pada bangsa yang dipantik oleh rasa solidaritas atas para korban.

Meskipun gerakan mereka lahir dari duka dan rasa kemanusiaan, Agus mengakui bahwa langkah para mahasiswa kemudian terhambat. 

Hal ini terjadi setelah munculnya pernyataan dari Presiden Prabowo Subianto mengenai adanya dugaan makar yang menunggangi aksi-aksi tersebut.

"Inilah yang kemudian menghambat kami, jujur saja menghambat kami untuk turun ke jalanan lagi. Karena kami khawatir bahwa gerakan kami hari ini justru dipendami oleh sebagian oknum ini," jelasnya. 

Kendati demikian, ia menegaskan bahwa gerakan tidak boleh berhenti karena ketakutan tersebut, yang kemudian melandasi tuntutan mereka untuk membentuk tim investigasi independen guna mengusut tuntas semua persoalan ini.