periskop.id - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Agus Setiawan, mengecam keras kabar kenaikan tunjangan bagi anggota dewan yang disertai "simbolisasi joget-joget".
Menurutnya, hal tersebut sangat menyedihkan karena terjadi di tengah kondisi masyarakat yang sedang menderita akibat kesulitan ekonomi, maraknya PHK, dan menurunnya daya beli.
"Di tengah masyarakat rentan, menderita, di PHK, ekonominya susah... kok bisa ada wakil rakyat yang justru kabarnya tunjangannya dinaikkan, dan ketika ada kabar tersebut, terjadi simbolisasi joget-joget yang kemudian membuat hati kami sedih," ujar Agus dalam sebuah forum publik di Jakarta, Rabu (3/9).
Agus menilai fenomena ini menunjukkan bagaimana para politisi seolah melupakan mandat dan janji-janji mereka setelah terpilih dan duduk di kursi parlemen.
Ia menegaskan bahwa rakyat seakan hanya dimanfaatkan suaranya saat pemilu, namun dilupakan ketika para wakilnya sudah menduduki posisi nyaman.
"Kami seakan-akan hanya dimanfaatkan di setiap momen pemilu-nya saja. Tetapi, ketika sudah duduk di kursi-kursi yang enak ini, bapak-bapak ibu sekalian yang duduk di parlemen akan-akan melupakan kami," tegasnya.
Kekhawatiran ini, lanjut Agus, berdampak pada pesimisme generasi muda terhadap masa depan bangsa.
Ia khawatir narasi besar seperti "Indonesia Emas 2045" tidak akan pernah tercapai jika para pemangku kebijakan tidak menjalankan amanat rakyat dengan sungguh-sungguh.
Kritik terhadap parlemen ini merupakan poin kedua yang ia sampaikan dalam pidatonya.
Poin utamanya adalah desakan kepada pemerintah untuk membentuk tim investigasi independen guna mengusut tuntas serangkaian kekerasan aparat dan tuduhan makar yang dilontarkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Tinggalkan Komentar
Komentar