periskop.id - PT Pertamina (Persero) tengah melakukan penjajakan awal untuk menggabungkan maskapai Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk kembali fokus pada bisnis inti di sektor minyak dan gas (migas) serta energi terbarukan.

Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, mengungkapkan rencana tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Jumat (12/9).

“Kami sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” ujar Simon dikutip dari Antara, Jumat (12/9).

Simon menjelaskan, penggabungan ini sejalan dengan peta jalan yang dikendalikan Danantara, di mana lini usaha di luar fokus utama akan dilepas atau dikonsolidasikan dengan perusahaan sejenis. 

“Dengan demikian, untuk beberapa usaha, kami akan melakukan spin-off dan tentunya mungkin akan di bawah koordinasi dari Danantara. Kita gabungkan clustering dengan perusahaan-perusahaan sejenis,” katanya.

Selain Pelita Air, Pertamina juga menyiapkan langkah serupa untuk bisnis lain seperti asuransi, layanan kesehatan, hospitality, dan Patra Jasa. Semua diarahkan mengikuti roadmap konsolidasi yang telah disusun.

Tidak hanya itu, Pertamina juga berencana menggabungkan tiga anak usahanya: Kilang Pertamina Internasional (KPI), Pertamina International Shipping (PIS), dan Pertamina Patra Niaga (PPN). Proses ini ditargetkan selesai pada akhir 2025.

Menurut Simon, kondisi global saat ini memengaruhi kinerja keuangan Pertamina. Permintaan minyak menurun, sementara kapasitas produksi kilang meningkat akibat bertambahnya kilang baru di berbagai negara. 

“Dengan kondisi yang kurang menguntungkan bagi kami, kilang ini marginnya semakin kecil,” jelasnya.

Mengecilnya margin keuntungan KPI, lanjut Simon, berdampak langsung pada kinerja Pertamina secara keseluruhan. Oleh karena itu, penggabungan tiga anak usaha tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional.